Sudah dua hari lamanya dia berdiam diri dalam kamar. Bertemakan sepi dan gelapnya ruangan. Penyesalan selalu datang diakhir, seperti itulah yang dia rasakan. Perkenalkan namanya Gyana, seorang mahasiswi semester akhir disebuah perguruan tinggi bergengsi di kota. Karakternya yang ceplas-ceplos dan sedikit egois utamanya yang sudah menjadi miliknya membuat dia kadang bertindak diluar kendali dan out of control. Seperti yang terjadi padanya 3 hari lalu di kampusnya.
Flashback
"Na, tuh Angga lagi sama siapa?" Tanya Tika sahabat Gyana.
"Gak tau gue. Kan dari tadi gue sama Lo." Jawab Gya.
"Mau kemana tuh si Angga Na?" Kepo Tika
"Eh eh kita ikutin yuk. Awas aja Angga sampe bermain dibelakang gue." Balas Gya dengan tatapan nyalang pada Angga dan temanya.
Dengan langkah pasti kedua sahabat itu membututi Angga dan temannya. Mereka berdua melihat dan mengamati apa saja yang Angga lakukan dengan temannya. Mereka terlihat bercanda dan saling melempar candaan satu sama lain, meski ada buku di depannya.
"Waa gini ya Lo Nga dibelakang gue?" Tanya Gya
"Loh Gya, sini-sini duduk." Kaget Angga dan mempersilahkan Gya buat duduk dibangku kosong sebelahnya.
"Siapa Ngga?" Tanya teman Angga
"Gue Gyana, PACAR ANGGA." Tekan Gyana
"Apa sih Na, jangan gitu deh." Ungkap Angga
"Loh kan emang gue pacar lo kan Ngga. Nggak salah dong gue bilang." Sewot Gyana.
Sebagai sahabat yang baik Tika pun mengingatkan Gyana untuk bersabar.
"Sabar Na, jangan gegabah. Tanya baik-baik ke Angga." Bisik Tika pada Gya.
"Jadi gini Nga yang lo lakuin dibelakang gue? Lo diem-diem bermain di belakang gue?" Bentak Gya pada Angga.
"Aku nggak ngapa-ngapain Na. Kita cuma belajar bareng. Berhubung aku bisa, dia minta bantuan aku buat ngajarin dia." Balas Angga kalem
"Alasan Lo itu basi. Heh Mbak dia itu pacar gue, jangan nyari kesempatan dalam kesempitan dong." Balasnya nyalang
"Na, sabar Na. Jangan gitu." Usap Tika lembut pada Gyana
"Jangan ikut campur deh Tik, ini masalah gue. Lo diam aja." Bentak Gya pada Tika.
Tika yang sudah paham akan tabiat temennya hanya diam.
"Enggak Mbak, aku hanya minta bantuan kok ke Angga buat ngajari materi probabilitas. Kita temenan dan ngga ada apa-apa " jawab teman Angga
"Alasan klasik. Bilang aja kalau Lo suka sama Angga, makanya nyuruh dia buat ngajarin Lo." Sengit Gyana.
"Gyana, sudah. Apa-apaan sih Lo. Cukup ya. Gue tuh sama dia hanya temenan. Dia temen gue dari SMA. Kalau Lo tau." Ucap Angga
"Jadi Lo belain dia?" Sendu Anya.
"Ya gue belain dia. Udah deh Na. Gue bosen dengan sifat Lo yang kayak gini. Lo selalu berfikiran negatif mulu dengan gue. Dan Lo ngga pernah percaya sama gue. Sudah berapa lama sih kita saling kenal" Tanpa menunggu jawaban Gya, Angga menarik temannya dan meninggalkan Gyana yang terdiam.
Ya dia Angga, sahabat yang jadi pacar Gyana. Sahabat Gyana dari SMP, dan dua tahun ini status mereka menjadi sepasang kekasih. Meski mereka sahabatan sejak lama, dan sudah tau kekurangan dan kelebihan masing-masing, tapi pertengkaran seringkali terjadi diantara mereka. Apalagi dengan sifat Gyana yang kadang out of control.
"Udah Nya. Udah jangan nangis." Usap Tika lembut
"Udah Lo bilang udah Tik? Angga tuh kelewatan" Isak Gya
"Tadi kan gue udah bilang, jangan emosi dulu. Tanya pelan-pelan. Gue yakin Angga ngga kek gitu " balas Tika
"Ah Lo tuh emang ngga tau, Lo ngga jadi gue. Lo ngga tau apapun emang tentang gue. Lo selalu bela Angga padahal Lo ngga tau Angga. Gue yang lebih kenal Angga." Bentak Gya
Mendengar kata-kata yang di lontarkan Gya, Tika pun merasa kaget dan sakit hati.
"Gue sahabat Lo kan Nanti?, Apa keberadaan dan kebersamaan kita ngga berati apa-apa buat Lo? Apakah hanya gue yang menganggap Lo sebagai sahabat gue?" Pelan Tika
"Ya. Karena Lo ngga berati apa-apa dalam hidup gue. Lo Lo itu hanya tau luaran gue aja." Sengit Gyana
Tanpa menunggu Gya meninggalkan Tika yang masih diam memikirkan omongan Gya.
End of Flashback
Bujukan dari orangtua, bahkan Tika dan Angga yang menghampiri Gya, ia abaikan. Gya terlalu takut kalau mereka bakal menghujat tindakan Gya dan lalu meninggalkan persahabatan mereka. Sungguh Gya menyesal dengan perkataan yang ia lontarkan pada Angga dan Tika. Ia lepas kontrol pada saat itu, terlalu takut untuk kehilangan.
Pada akhirnya, tak tega yang melihat keadaan Gya. Mama dan Papa Gua memutiskan untuk memaksa masuk.
"Kamu ada masalah sama Angga dan Tika nak?" Tanya sang Mama sambil mengelus puncak kepala Gya. Sedang sang Papa duduk di sebelahnya. Gya pun menceritakan apa yang terjadi antara dia, Angga dan Tika.
"Nak, kamu tau alasan kenapa Papa dan Mama melarang kalian untuk pacaran?" Tanya Mama Gia
Gya hanya menggeleng pelan.
"Selama hadirnya kamu, Mama dan Papa menjaga hati kamu supaya tidak tersakiti. Kamu permata hati Mama dan Papa sayang. Kalau kamu tersakiti, Mama dan Papa juga sakit rasanya. Apalagi seperti ini. Kita betul-betul menjaga hati kamu, lantas apa Mama dan Papa rela ngelihat anak Mama dan Papa tersakiti." Ungkap sang Papa
"Rasa sayang itu perlu nak, tapi kamu juga harus paham bagaimana cara menjaga rasa itu. Dan berfikir dewasa. Menurut kami, kamu belum terlalu dewasa buat mengolah rasa sayang itu. Dan jadinya seperti ini. Kamu masih sering egois dan terbawa emosi semata. Kurang berfikir panjang " lembut sang Mama.
"Masalah Angga dan Tika, mereka berdua sahabat kamu. Teman yang selalu ada ketika kamu ada masalah. Mereka ada dan tetap bertahan bukan. Lebih harga mereka sayang, papa tau kamu sebenarnya sayang banget sama mereka. Dalam persahabatan itu harus saling percaya dan saling mengerti nak." Tambah Papa
Mendengar itu Gya terisak, menyesali tindakannya.
"Jadikan kemarin pelajaran bagi Gya. Mama dan Papa, juga Angga dan Tika selalu disini buat Gya. Kapanpun kamu butuh, kita disini nak. Jangan ulangi tindakan yang kemarin." Senyum sang Mama
"Apalagi sampai ngga makan. Duh nak, parah kamu ini. Nyiksa diri banget. Gih temuin mereka" canda sang papa.
Dengan senyuman Gya bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamar untuk menemui Angga dan Tika yang menunggu mereka di ruang tamu.
"Maafin gue ya." Isak Gya pada Angga dan Tika
"Kita udah maafin lo Na. Maafin kita juga ya Na." Balas mereka sambil meluk Gya
"Kalian ngga akan tinggalin gue kan?" Sendu Gya
"Kalau kita niat ninggalin Lo, udah dari dulu kali Na. Sejak kita tau sifat jelek kali Na." Jawab Angga
"Bantu gue buat jadi lebih baik lagi ya. Bantu gue buat ngilangin sisi gelap gue." Pinta Gya
"Selalu. Mari kita perbaiki diri dengan saling mengingatkan dan tetap saling menggenggam ya." Jawab Tika
"Oh ya Tik, maafin gue ya. Kemarin gue lepas kontol dan dan sungguh Lo sangat berati dalam kehidupan gue dan tanpa...."
"Gue tau kok Na, kemarin Lo hanya lepas kontrol. Dan mana mungkin sih gue ngga berati, kan Lo sayang gue." Putus Tika dengan canda .
"Ngga maafin gue juga ya, lebih baik kita sahabatan saja. Kita kita lebih cocok jadi sepasang sahabat. " Tatap Gya pada Angga
"Kalau itu yang terbaik, ngga papa Na. Asal Lo tetep jadi sahabat gue. Dan Lo ngga ada adegan nutup pintu kek kemarin" balas Angga
"Udah ah mellow nya. Berpelukan" kekeh Tika
Dan mereka pun berpelukan. Manusia itu, nyatanya tidak dapat hidup sendiri. Perlu orang lain untuk berbagi dan sebagai tempat kita intropeksi diri. Manusia memiliki telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan akal untuk memperbaiki diri serta mempertimbangkan semua yang dilakukan baik telah ataupun akan. Sejatinya manusia tak ada yang sempurna, tetapi selalu intropeksi diri adalah kunci untuk menjadi baik. Dan saling memaafkan adalah salah satu kuncinya.
0 comments:
Post a Comment