Wednesday, 5 December 2018

PRAKTIKUM 09 – Membuat Mock Up untuk Web Project


1.      Judul                            : Membuat Mock Up untuk Web Project   
2.      Tujuan                         : Mahasiswa mampu menentukan mock up berupa tampilan web yang akan dibuat.   
3.      Alat dan Bahan                        :
·         Adobe Illustrator    
4.      Dasar Teori                  :
Web design adalah proses membuat suatu website, ini meliputi beberapa aspek yang berbeda, diantaranya: tata letak halaman website, konten, dan desain grafis. Dalam pendekatan klasik, desain menggambarkan tampilan visual dari sebuah website, sedangkan dalam pendekatan tradisional sebaliknya, mewarnai, keseimbangan, penekanan, irama, gaya elemen grafis (garis, bentk, tekstur, warna daalam dan arah), penggunaan ikon, tekstur latar belakang dan tampilan umum sebuah website secara keseluruhan. [1]
5.      Tugas Praktikum            :Membuat mockup dari web yang akan dibuat.
6.      Hasil Praktikum             :
             
Gambar 1. Tampilan awal 

Gambar 2. Halaman History. 

Gambar 3. Halaman Galery

Gambar 5. Halaman Infographic 

Gambar 6. Footer dan Kontak 


7.      Kesimpulan                    :
            Dalam praktikum ini kami menggunakan adobe illustrator untuk memvisualisasikan web yang akan kami buat dalam project ini. 
8.      Referensi                        :                  :



Saturday, 27 October 2018

Rekomendasi Channel Youtube untuk Menambah Wawasan

Ada yang suka nonton Youtube? Pastinnya suka ya? Youtube sekarang menjadi salah satu media pembelajaran yang keren. Youtube menyediakan berbagai macam jenis konten, dari informasi pendidikan hingga informasi hiburan. Berikut, ada 3 channel Youtube yang harus kalian tonton, dijamin akan menambah wawan kalian.

1. Menjadi manusia
Channel Youtube ini berisi konten-konten tentang jalan fikir manusia dengan membuka dari prespektif-prespektif. Dari channel ini kita akan dibuat untuk lebih menghargai manusia. Konten-konten tentang mental illnes, atau sudut pandangnya juga ada. Semakin membuka cara pandang kita.  Yuk kunjungi, supaya kita nggak merendahkan pengedap mental illnes. 


2. Vibe Indonesia 
Vibe Indonesia channel keren yang berisikan konten liputan-liputan khusus. Salah satu konten favorit, patroli-patroli khusus penyelamat bunuh diri di korea. Tonton yuks 


3. BukaTalks 
Konten yang disediakahn channel Youtube ini hampir mirip dengan TEDx. Menghadirkan tokoh-tokoh inspirasi Indonesia. Wajib tonton, supaya pengetahuan kita tambah banyak. 




Monday, 22 October 2018

Cerpen - Jangan Hakimi Aku

Matanya sulit terpejam. Rasa takut terus merasuki jiwanya. Kilasan-kilasan pembicaraan itu terus menghantuinya. Bahkan jam sudah menunjukkan pukul 2, tapi matanya masih menunjukkan kekuatannya. Ingatannya kembali memutar lagi 
Namanya Alara, katanya dia berandalan tapi sungguh bukan itu maksudnya. Katanya dia bodoh, nyatanya dia emang belum mampu. 
"Jam berapa ini Ra, baru datang aja." Seru teman sekelasnya 
Tanpa jawaban, ia hanya tersenyum masam. 
"Tugasmu sudah selesai Ra? Eh palingan juga belum!." Enek teman yang lain
"Kalian ini jangan begitu dong, eh Ra ini tugasku salin saja." Tambah yang lain sambil melempar bukunya dan dengan tawa mengejek yang kentara. 
Lantas apa yang dia lakukan? Terdiam dan duduk di pojok ruangan. Menanti keajaiban ada yang mau menemaninya. Sungguh kesiangan bukan dirinya, melainkan ia harus mengerjakan pekerjaan rumah dan sungguh ia bingung bagaimana cara mengerjakannya.
Banyak pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam benaknya. Ingatannya kembali memutar percakapannya dengan sang Mama 
"Ra, belajar dong. Kamu ini kerjaannya gambar aja. Besok kamu itu ujian. Mama nggak mau ya nilai kamu ada yang merah lagi." Tegur Mamanya 
"Iya Ma." Jawab Lara 
"Iya-iya, contoh itu Kakak kamu, nilainya selalu bagus. Selalu dapat peringkat. Kapan kamu bisa kayak gitu. Kerjaanmu cuma main Adan gambar saja." Tambah mamanya dengan kata-kata sinis. 
Mendengar itu Alara hanya terdiam. Tiada hari tanpa ia dibandingkan. Bukan hanya dengan sang Mama melainkan juga seluruh keluarganya. Bukan, bukan keinginannya menjadi demikian. Ia hanya tak bisa, dalam setiap apa yang ia baca tulisan-tulisan itu terus berputar. 
"Lara, kamu ini bisa berpakaian nggak sih." Tegur sang Nenek 
"Bisa Nek, ini Lara berpakaian." Jawabnya 
"Kamu ini cewek, mbokya pakai gaun gitu. Cewek kok kayak cowok." Sinis sang nenek 
"Ini style Lara Nek." Kalem Lara 
"Style anak jalanan iya. Contoh itu Kakak kamu atau sepupu-sepupumu kamu. Sudah cantik, pinter dandan, cantik lagi. Kamu? Model kok kayak anak urakan. Kemarin Nenek ketemu kamu ya di jalan. Kamu temenan sama siapa itu?" 
"Dia teman-teman Lara Nek, mereka semua baik Nek." Jawab Lara 
"Jangan bikin malu keluarga Lara. Makanya tingkah kamu ini seperti tingkah berandalan, temanmu saja berandalan semua. Pokoknya mulai besok kamu nggak boleh ketemu atau main sama mereka." Cibir sang Nenek sambil pergi meninggalkan Lara. 
Tak ada yang membelanya, tak ada juga yang menguatkannya. Apa yang ia lakukan selalu salah. Tak pernah benar. Nyatanya dia disana bukan karena dia ingin menjadi berandal, melainkan mengajarkan pada anak-anak jalanan tentang cara menggambar dan menyanyi. 
Tak ada yang tau apa yang sebenarnya ia lakukan. Apalagi dengan penyakit disleksia yang ia derita.  Baginya hanya orang yang tak mengenal Lara lah yang memahaminya. Harapannya hanya satu, mereka tau apa yang Kata lakukan sebenarnya tidak salah, melainkan memberikan manfaat bagi orang lain. 
Lara tak butuh pujian, yang ia butuhkan hanya perlakuan yang sama. Lara tak butuh sanjungan, yang ia butuhkan sebait kata positif yang menaikkan energinya. Mungkin tak ada yang tau betapa berat hidupnya, menjadi yang tersisihkan sungguh tak enak. Apalagi tersisih dalam pertemanan, lebih parah lagi keluarga. Stop membuat Alara Alara yang lain, supportlah dan dekap Alara yang lain. Sungguh, dikucilkan sangat menyiksa. Bayangkan saja betapa sakitnya dalam posisi Alara. 

Sunday, 21 October 2018

Cerpen- Ditengah Kebimbangan Dunia Kampus

"ih Ya, mukalo kusut amat." Tegur Lala
"Ngantuk berat gue La." Jawab Yaya sambil meletakkan kepalanya di atas meja
"Yaudah, tidur bentar gih. Masih ada waktu 30 menit sebelum jam masuk." Balas Lala.
"Hm." Enguh Yaya yang sudah ke alam mimpinya.
Tak sampe 30 menit ternyata sang dosen sudah sampe.
"Ya ya ya dosennya datang." Ucap Lala sambil menguncang tumbuh Yaya
"Euh. 5 menit lagi." Jawab Yaya
"Duh Ya, jangan kebo. Bangun Ya." Guncang Lala
"Selamat pagi." Ucap sang dosen.
Dan Yaya masih tetap terlelap, Lala sudah tak bisa berupaya membangunkan Yaya.
"Yaya!" Sang dosen berjalan menghampiri Yaya.
"Bentar La, masih ngantuk." Balas Yaya
"Lala. Kalau masih tidur silahkan keluar dari kelas saya." Tegas sang dosen
Dengan gelagapan Yaya bangun dari tidur nyenyak nya.
"Eh tidak Pak, baik Pak." Jawab Yaya gelagapan
Mendengar jawaban Yaya, sang dosen pun kembali ke depan kelas.
"Baik, pagi ini kita lanjutkan materi yang kemarin. Untuk tugas yang kemarin silahkan kumpulkan di meja saya sekarang." Ucap sang dosen.
"La, ada tugas apa? Kok gue ngga tau." Bisik Yaya
"Tugas yang kemarin Ya, bukannya Lo kemarin udah gue ingetin." Bisik Lala pelan sambil sibuk mengambil tugasnya dalam tas.
"La, gawat. Gue lupa ngga ngerjakane" syok Yaya tertahan
"Aduh Ya, kebangetan banget sih Lo. Ini tugas udah 2 Minggu kali." Balas Lala sedikit jengkel. Lalu satu persatu teman Yaya maju kedepan mengumpulkan tugasnya
"Siapa yang belum mengumpulkan, silakan keluar dari kelas ini." Tegas sang dosen
"Permisi Pak, a apa tidak ada keringanan? Saya benar-benar lupa Pak." Sedih Yaya
"Keringanan yang seperti apa? Silahkan tutup pintu dari luar Ya." Ucap sang dosen tanpa bisa di bantah.
Yaya pun dengan wajah sedih meninggalkan kelas.
Perkenalkan, namanya Yaya. Mahasiswi semester 4 yang lagi aktif-aktifnya ikut organisasi. Tiada hari tanpa rapat. Segudang aktivitas nya yang sangat padat akhir-akhir ini membuat beberapa orang jengah akan tingkahnya. Seperti hari ini.
Kelas pun selesai, Lala yang sebelumnya sudah menanyakan keberadaan Yaya segera menyusul Yaya di kantin.
"Udah segeran Ya?" Tanya Lala
"Nggak tambah seger, tambah suntuk kali." Jawab Yaya keki
"Lo sih, tanggung jawab kali Ya." Pelan Lala
Kemudian mereka pun terdiam dengan fikirannya masing-masing.
"Eh La gimana rapat kemarin? Sukses?" Tanya Lala
Bukannya menjawab, mendengar pertanyaan Lala, ingatan Yaya malah kembali pada malam kemarin.
"ini itu bukan gini, kita nggak bisa pakai cara ini." Eyelnya
"Kalian itu bisa mikir nggak sih?" Seru yang lain
"Kalian ini hidup dalam organisasi, bukan hidup sendiri." Saut salah satu kakak kelas.
"Sudah mahasiswa, kalian harus memikirkan dampaknya juga. Bukan demi satu point, kalian tidak memikirkan efek yang lain." Sela salah seorang dalam ruangan
"Sudah-sudah pembahasan terlalu melenceng. Dan jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Rapat kali ini saya tutup dan dilanjut besok." Putus sang pemimpin.
"Duh Ya, bukannya jawab malah melamun." Tegur Lala
"Hm, seperti yang kemarin-kemarin lah. Nggak ada keputusan. Masih berdebat tanpa ujung." Balas Yaya pelan
"Emang kemarin sampe jam berapa?"
"Jam subuh." Pelan Yaya.
"Ya, kalau boleh gue bilang. Ini bukan Lo banget. Demi ini banyak tanggung jawab Lo yang Lo abaikan. Bahkan tugas kuliah Lo banyak yang keteteran. Lo Ang punya tanggung jawab  disitu. Tapi Lo juga punya  tanggung jawab atas tugas-tugas kuliah Lo. Resapi deh apa yang gue sampaikan. Btw, gue duluan ya, mama minta temenin" Nasihat Yaya sambil berlalu.
Malam pun tiba, hari ini Yaya absen dengan kegiatan rapatnya. Ia masih terus merenungi kata-kata Lala. Dia merasa benar dengan apa yang dikatakan Yaya. Ini seperti bukan dunianya. Terlalu banyak yang berbeda. Dan ia berfikir bahwa terlalu banyak tanggung jawab lain yang ia abaikan. Ditengah perenungannya, hp nya berbunyi
Abang calling
"Assalamualaikum Abang." Bukanya
"Waalaikuksalam adik Abang. Lagi dimana dek?" Tanya Abang Yaya
"Lagi di kos Bang." Balasnya
"Suaramu kenapa dek? Sakit? Dan tumben di kos, nggak ada rapat?"
"Kurang istirahat Bang. Abang nanya apa nyindir" kesal Yaya
Dan suara abangpun terdengar di balik telepon.
"Bang, Yaya bingung...." Pelan Yaya
"Bingung kenapa Ya? Cerita dong sama Abang." Jawab sang kakak. Dan Yaya pun menceritakan apa yang terjadi belakangan ini pada Abangnya.
"Ya, dunia organisasi kadang emang bagai candu. Tapi kamu masih tau batasannya dek. Abang ngga menghakimi kamu mengikuti banyak aktivitas diluar. Seperti pesan Abang diawal. IPK itu 4, 96 nya proses diluar yang membentuk kamu. Kalau kamu begini berati management waktumu dan bentengmu buruk dek" Jawabnya tegas
"Lantas?" Tanyaku ambigu
"Kembali lagi, perkumpulan yang baik ya yang membawa kamu dalam kebaikan. Seperti yang selalu dikatakan Ayah pada kita. Abang mengenal dunia organisasi lebih dulu dari kamu, sejak SMP bahkan Abang sudah terjun didalamnya. Tapi Abang inget lagi. Ketika Abang ambil tanggungjawab itu, tanggungjawab yang lain harus tetap diprioritaskan. Konsekuensi lah dek." Tambahnya
Beberapa saat kami terdiam
"Tanyakan pada dirimu. Sebagai Abang kamu, Abang merasa kamu agak berbeda. Dimana adek Abang yang selalu prioritaskan ibadah, dimana adek Abang yang selalu punya waktu untuk pulang dan ngasih kabar ke Ayah. Dan kemana adik Abang yang selalu fokus serta tanggung jawab sebanyak apapun tugas yang dia emban?" Papar Abang
"Oh iya dek. Kalau bisa pulang, jangan lupa pulang. Ayah kemarin cerita ke Abang, kamu jarang pulang dan kalau di WA balasnya lama banget. Mereka kangen kamu, sesibuk apapun kamu. Orangtua harus tetep prioritas utama. Sudah dulu ya, fikirkan kata-kata Abang. Segera istirahat jangan lupa sholat sama makan. Assalamualaikum." Tutup Abang
Selepas itu, Lala sadar ia salah. Harusnya dia tetap menjalankan semua yang telah ia ambil. Itu konsekuensinya. Tak bisa dielak lagi. Apalagi ibadah, pulang, dan akademik. Ibadah adalah tanggungjawab nya pada Tuhannya, tak seharusnya di abai, apalagi membandingkan dengan urusan dunia. Lantas pulang, ia sadar betapa ia jarang pulang bahkan untuk sekedar vidcall pun sangat jarang, padahal orangtuanya pasti selalu khawatir dengan keadaannya. Dan akademik, tak seharusnya dia berlaku begitu. Adanya dia diorganisasi nya pun karena ia akademik buat menuntut ilmu. Lantas kenapa ia abaikan? Dan dia berfikiran buat apa dipertahankan jika itu tidak membawa kebaikan?

#cerita ini hanya fiktif belaka. Setiap orang pasti punya perspektif sendiri mengenai pandangannya terhadap dunia organisasi. Sekian~~~

Saturday, 20 October 2018

Cerpen- Penyesalan Gya.

Sudah dua hari lamanya dia berdiam diri dalam kamar. Bertemakan sepi dan gelapnya ruangan. Penyesalan selalu datang diakhir, seperti itulah yang dia rasakan. Perkenalkan namanya Gyana, seorang mahasiswi semester akhir disebuah perguruan tinggi bergengsi di kota. Karakternya yang ceplas-ceplos dan sedikit egois utamanya yang sudah menjadi miliknya membuat dia kadang bertindak diluar kendali dan out of control. Seperti yang terjadi padanya 3 hari lalu di kampusnya. 
Flashback 
"Na, tuh Angga lagi sama siapa?" Tanya Tika sahabat Gyana. 
"Gak tau gue. Kan dari tadi gue sama Lo." Jawab Gya. 
"Mau kemana tuh si Angga Na?" Kepo Tika
"Eh eh kita ikutin yuk. Awas aja Angga sampe bermain dibelakang gue." Balas Gya dengan tatapan nyalang pada Angga dan temanya. 
Dengan langkah pasti kedua sahabat itu membututi Angga dan temannya. Mereka berdua melihat dan mengamati apa saja yang Angga lakukan dengan temannya. Mereka terlihat bercanda dan saling melempar candaan satu sama lain, meski ada buku di depannya. 
"Waa gini ya Lo Nga dibelakang gue?" Tanya Gya 
"Loh Gya, sini-sini duduk." Kaget Angga dan mempersilahkan Gya buat duduk dibangku kosong sebelahnya. 
"Siapa Ngga?" Tanya teman Angga 
"Gue Gyana, PACAR ANGGA." Tekan Gyana
"Apa sih Na, jangan gitu deh." Ungkap Angga
"Loh kan emang gue pacar lo kan Ngga. Nggak salah dong gue bilang." Sewot Gyana. 
Sebagai sahabat yang baik Tika pun mengingatkan Gyana untuk bersabar. 
"Sabar Na, jangan gegabah. Tanya baik-baik ke Angga." Bisik Tika pada Gya. 
"Jadi gini Nga yang lo lakuin dibelakang gue? Lo diem-diem bermain di belakang gue?" Bentak Gya pada Angga.
"Aku nggak ngapa-ngapain Na. Kita cuma belajar bareng. Berhubung aku bisa, dia minta bantuan aku buat ngajarin dia." Balas Angga kalem
"Alasan Lo itu basi. Heh Mbak dia itu pacar gue, jangan nyari kesempatan dalam kesempitan dong." Balasnya nyalang 
"Na, sabar Na. Jangan gitu." Usap Tika lembut pada Gyana
"Jangan ikut campur deh Tik, ini masalah gue. Lo diam aja." Bentak Gya pada Tika.
Tika yang sudah paham akan tabiat temennya hanya diam. 
"Enggak Mbak, aku hanya minta bantuan kok ke Angga buat ngajari materi probabilitas. Kita temenan dan ngga ada apa-apa " jawab teman Angga 
"Alasan klasik. Bilang aja kalau Lo suka sama Angga, makanya nyuruh dia buat ngajarin Lo." Sengit Gyana. 
"Gyana, sudah. Apa-apaan sih Lo. Cukup ya. Gue tuh sama dia hanya temenan. Dia temen gue dari SMA. Kalau Lo tau." Ucap Angga 
"Jadi Lo belain dia?" Sendu Anya. 
"Ya gue belain dia. Udah deh Na. Gue bosen dengan sifat Lo yang kayak gini. Lo selalu berfikiran negatif mulu dengan gue. Dan Lo ngga pernah percaya sama gue. Sudah berapa lama sih kita saling kenal" Tanpa menunggu jawaban Gya, Angga menarik temannya dan meninggalkan Gyana yang terdiam. 
Ya dia Angga, sahabat yang jadi pacar Gyana. Sahabat Gyana  dari SMP, dan dua tahun ini status mereka menjadi sepasang kekasih. Meski mereka sahabatan sejak lama, dan sudah tau kekurangan dan kelebihan masing-masing, tapi pertengkaran seringkali terjadi diantara mereka. Apalagi dengan sifat Gyana yang kadang out of control. 
"Udah Nya. Udah jangan nangis." Usap Tika lembut
"Udah Lo bilang udah Tik? Angga tuh kelewatan" Isak Gya 
"Tadi kan gue udah bilang, jangan emosi dulu. Tanya pelan-pelan. Gue yakin Angga ngga kek gitu " balas Tika 
"Ah Lo tuh emang ngga tau, Lo ngga jadi gue. Lo ngga tau apapun emang tentang gue. Lo selalu bela Angga padahal Lo ngga tau Angga. Gue yang lebih kenal Angga." Bentak Gya 
Mendengar kata-kata yang di lontarkan Gya, Tika pun merasa kaget dan sakit hati. 
"Gue sahabat Lo kan Nanti?, Apa keberadaan dan kebersamaan kita ngga berati apa-apa buat Lo? Apakah hanya gue yang menganggap Lo sebagai sahabat gue?" Pelan Tika 
"Ya. Karena Lo ngga berati apa-apa dalam hidup gue. Lo Lo itu hanya tau luaran gue aja." Sengit Gyana 
Tanpa menunggu Gya meninggalkan Tika yang masih diam memikirkan omongan Gya. 
End of Flashback

Bujukan dari orangtua, bahkan Tika dan Angga yang menghampiri Gya, ia abaikan. Gya terlalu takut kalau mereka bakal menghujat tindakan Gya dan lalu meninggalkan persahabatan mereka. Sungguh Gya menyesal dengan perkataan yang ia lontarkan pada Angga dan Tika. Ia lepas kontrol pada saat itu, terlalu takut untuk kehilangan. 
Pada akhirnya, tak tega yang melihat keadaan Gya. Mama dan Papa Gua memutiskan untuk memaksa masuk. 
"Kamu ada masalah sama Angga dan Tika nak?" Tanya sang Mama sambil mengelus puncak kepala Gya. Sedang sang Papa duduk di sebelahnya. Gya pun menceritakan apa yang terjadi antara dia, Angga dan Tika. 
"Nak, kamu tau alasan kenapa Papa dan Mama melarang kalian untuk pacaran?" Tanya Mama Gia
Gya hanya menggeleng pelan. 
"Selama hadirnya kamu, Mama dan Papa menjaga hati kamu supaya tidak tersakiti. Kamu permata hati Mama dan Papa sayang. Kalau kamu tersakiti, Mama dan Papa juga sakit rasanya. Apalagi seperti ini. Kita betul-betul menjaga hati kamu, lantas apa Mama dan Papa rela ngelihat anak Mama dan Papa tersakiti." Ungkap sang Papa 
"Rasa sayang itu perlu nak, tapi kamu juga harus paham bagaimana cara menjaga rasa itu. Dan berfikir dewasa. Menurut kami, kamu belum terlalu dewasa buat mengolah rasa sayang itu. Dan jadinya seperti ini. Kamu masih sering egois dan terbawa emosi semata. Kurang berfikir panjang " lembut sang Mama. 
"Masalah Angga dan Tika, mereka berdua sahabat kamu. Teman yang selalu ada ketika kamu ada masalah. Mereka ada dan tetap bertahan bukan. Lebih harga mereka sayang, papa tau kamu sebenarnya sayang banget sama mereka. Dalam persahabatan itu harus saling percaya dan saling mengerti nak." Tambah Papa 
Mendengar itu Gya terisak, menyesali tindakannya. 
"Jadikan kemarin pelajaran bagi Gya. Mama dan Papa, juga Angga dan Tika selalu disini buat Gya. Kapanpun kamu butuh, kita disini nak. Jangan ulangi tindakan yang kemarin." Senyum sang Mama
"Apalagi sampai ngga makan. Duh nak, parah kamu ini. Nyiksa diri banget. Gih temuin mereka" canda sang papa. 
Dengan senyuman Gya bangkit dari tidurnya dan membuka pintu kamar untuk menemui Angga dan Tika yang menunggu mereka di ruang tamu. 
"Maafin gue ya." Isak Gya pada Angga dan Tika 
"Kita udah maafin lo Na. Maafin kita juga ya Na." Balas mereka sambil meluk Gya

"Kalian ngga akan tinggalin gue kan?" Sendu Gya
"Kalau kita niat ninggalin Lo, udah dari dulu kali Na. Sejak kita tau sifat jelek kali Na." Jawab Angga 
"Bantu gue buat jadi lebih baik lagi ya. Bantu gue buat ngilangin sisi gelap gue." Pinta Gya
"Selalu. Mari kita perbaiki diri dengan saling mengingatkan dan tetap saling menggenggam ya." Jawab Tika
"Oh ya Tik, maafin gue ya. Kemarin gue lepas kontol dan dan sungguh Lo sangat berati dalam kehidupan gue dan tanpa...." 
"Gue tau kok Na, kemarin Lo hanya lepas kontrol. Dan mana mungkin sih gue ngga berati, kan Lo sayang gue." Putus Tika dengan canda .
"Ngga maafin gue juga ya, lebih baik kita sahabatan saja. Kita kita lebih cocok jadi sepasang sahabat. " Tatap Gya pada Angga
"Kalau itu yang terbaik, ngga papa Na. Asal Lo tetep jadi sahabat gue. Dan Lo ngga ada adegan nutup pintu kek kemarin" balas Angga 
"Udah ah mellow nya. Berpelukan" kekeh Tika 
Dan mereka pun berpelukan. Manusia itu, nyatanya tidak dapat hidup sendiri. Perlu orang lain untuk berbagi dan sebagai tempat kita intropeksi diri. Manusia memiliki telinga untuk mendengar, mulut untuk berbicara, dan akal untuk memperbaiki diri serta mempertimbangkan semua yang dilakukan baik telah ataupun akan. Sejatinya manusia tak ada yang sempurna, tetapi selalu intropeksi diri adalah kunci untuk menjadi baik. Dan saling memaafkan adalah salah satu kuncinya. 

Friday, 19 October 2018

Cerpen- Mama tau yang terbaik

Braaak 
"Heh Vio, Lo tuh bisa nggak sih nggak dikamar melulu." Bentak Vika 
"Hm" jawab Vio santai 
"Lo tuh emang anak Mama banget ya Vio. Bebas keluar, nggak ngapa-ngapain, nggak pernah bantu-bantu rumah. Masak nggak bisa, bahkan baju lo semua gue yang urus." Papar Vika dengan nada tinggi. 
"Lo bilang, gue anak Mama. Bukannya Lo ya yang anak Mama. Dari dulu pasti Lo yang diutamain. Apa-apa Vika. Apa-apa Vika. Mama tuh ngga pernah percaya sama Gue." Jawabnya sambil nyalang 
"Lo bilang gue? Kalau Mama sayang sama gue, nggak mungkin tiap hari mama nyuruh gue nyapu, ngepel, masak, belanja. Gue capek Vio tiap hari disuruh-suruh terus." Ungkap Vika sambil menangis. 
"Apa-apa sih kalian ini. Kalian sudah dewasa. Bertengkar terus. Ada apa kalian ini?" Tanya Ivan pada Vika dan Vio. 
"Aku tuh capek Ka masak, bersih-bersih tiap hari. Dari dulu apa-apa gue dan gue terus." Ungkapnya sedih
"Umur kalian berapa sih? Berapa tahun kalian hidup bersama ha?" Tanya Ivan dengan nada tinggi. 
Tanpa mereka sadari sang Mama melihat apa yang dipertengkarkan oleh anak-anaknya. Dan ketika semua menyadari keberadaan sang Mama. Tanpa sepatah kata Mamapun berbalik arah dengan wajah sedih meninggalkan mereka. 
"Argh, ini semua gara-gara kalian." Bentak Ivan sambil keluar mengejar sang mama. 
Perkenalkan, ya mereka adalah Vika, Ivan, dan Vio. Tiga saudara kandung. Ivan si anak pertama, Vika si anak tengah, dan Vio si bungsu. Saat ini Ivan telah tinggal bersama keluarga kecilnya. Sedang si Vika dan si Vio tetap tinggal bersama Mama dan Papa. Antara Vika dan Vio kerap terjadi perdebatan, meski semua pun tau kalau mereka saling menyayangi. 
Setalah Ivan pergi, Vika pun keluar kamar dan mengintip dari ujung tangga apa yang dibicarakan sang kakak dengan sang mama. Diiringi air mata penyesalan yang terus jatuh dari matanya. 
"Vik, ikut kakak keatas. Kekamar Vio." Pintanya pada Vika 
Tanpa berkata apa-apa Vika mengikuti langkah sang kakak. 
"Duduk kalian. Dengerin apa yang mau kakak sampaikan." Pinta Ivan 
"Kalian tahu kan kita ini punya sifat yang beda-beda. Diantara kita bertiga, Vikalah, yang paling rajin dan teliti. Kenapa Mama selalu mau kamu, karena Mama percaya sekesal apapun kamu, pasti kamu bakalan lakuin dan hasilnya memuaskan. Ingat ngga, ketika kamu pergi sama mama. Tiba-tiba Mama nelfon ke kakak sama Vio buat bersihin rumah? Hasilnya malah ngga banget kan." Tuturnya lembut ke Vika. 
"Vio, kamu tuh sebelas duabelas sama kakak. Kamu anaknya nggak betah di rumah. Tapi kamu paling berani buat ngungkapin apa yang ada di pikiran kamu. Inget nggak pas renovasi rumah, yang diajak Mama ke toko bangunan kamu kan. Soalnya Mama tau, kamu pasti jago buat urusan kek gitu." 
"Mama tuh bukan nggak sayang sama kalian. Tetapi, mama tuh tau anak-anaknya gimana. Mama selalu ingin yang terbaik buat kalian." 
Tanpa mereka sadari Mama melihat dari pintu kamar anak-anaknya berpelukan. Dan ketika melihat sang Mama, Vika dan Vio langsung berlari menubruk sang mama. 
"Ma, maafin Vika" ucap Vika dengan sesenggukan
"Maafin Vio juga Ma." Isak Vio
"Kasih sayang Mama kekakuan itu sama besar. Nggak ada yang lebih besar atau yang lebih kecil. Cuma bentuknya yang beda. Karena Mama tau kalian bertiga itu berbeda. Vika ya Vika nggak bisa jadi Vio. Begitupun dengan Vio dan Ivan. Mama sayang kalian permata hati Mama." Ucap sang Mama dengan lembut sambil mengusap lembut kepala Vika dan Vio. 
Mungkin orangtua kita memerlakukan kita berbeda dengan saudara kandung kita yang lain. Tapi bukan berati mereka tidak menyayangi kita. Melainkan karena mereka tau apa yang terbaik buat kita. Dan mereka tau, meskipun kita sekandung, belum tentu kita memiliki karakter dan sifat yang sama. Yuk peluk Mama kita dan ucapkan juga kalau kita sangat menyayangi mereka. 

Terinspirasi dari short movie Betadine. 
https://youtu.be/WiH69kBOwN0 

Thursday, 18 October 2018

Cerpen - Itik Buruk Rupa


Selamat siang Tuan menawan
Perkenalkan saya adalah itik buruk rupa
Yang mencintai Tuan tanpa lelah
Yang mengagumi Tuan tanpa batas
Meski saya tau
Saya hanya itik buruk rupa
Yang selalu siap untuk dipatahkan hatinya
Hanya 6 bait, tanpa berniat kumenambahkan lariknya. Perkenalkan namaku Senja, seorang itik buruk rupa yang selalu bermimpi akan terus bersamanya. Iya dia . Sosok rupawan yang menjadi idola disekolahku. Dia bukan sosok sempurna, anaknya ceriwis, tapi itulah daya pikatnya. Tak ada yang tak mengenalnya disekolah. Dari tukang kebun sampai kepala sekolahpun tau siapa dia. Lantas bagaimana dengan aku? Aku adalah itik buruk rupa, punya perawakan yang tak bagus, dan berteman saja adalah sebuah keajaiban. Dan tentunya menjadi bagian dari Rangga seolah mimpi indah buatku.  
Braaakkk...
“Spadaa, Ranganya Senja datang” Ucapnya sambil cengengesan
“Aduh Rangga jangan mulai deh” Jawabku
“Mulai apasih Senjaku, ini tuh bukti sayangku tau” Balasnya
“Serah Rangga saja deh, Btw Ngga aku  hari ini ada latihan. Bukannya aku udah bilang ya sebelumnya?” Tanyaku
“Duh Senjakuh, ngapain sih ikut-ikutan kayak gitu. Pangeran Rangga khawatir tau. Nanti kalau Ayang Senja jatuh gimana?”Ucapnya ngedrama
“Alay deh mulai.” Sensiku.
“Yaudah, aku tunggu di kave depan ya. Semangat latihannya Senjaku. Nanti kalau sudah chat aku ya.” Ucapnya sambil ngeloyor pergi.
Ya, aku itik buruk rupa yang selalu ingin bersama dia. Mencoba menyesuaikan diriku dengannya. Aku tak ingin dia malu, malu jalan denganku. Apalagi aku dengan dia bagaikan bumi dan langit. Aku rela ikut tim cheers supaya Rangga tak malu bersamaku, meski kuakui itu bukan duniaku. Kata Sabrina, sahabatku, aku terlalu memaksa. Menurutku, tak apa, asal aku pantas disampingnya.

Kulangkahkan kai menuju kamar mandi untuk berganti kostum. Segera kuberganti pakaian, karena ku tak mau terkena hukuman. Entah, aku tau banyak yang tak menyukaiku, apalagi setelah Rangga mendeklarasikan dirinya sebagai pacarku. Karena ku tau, siapa yang mau berteman dengan itik buruk rupa ini?
“Loh kok dikunci, yang ada diluar tolong bukaian.” Ucapku sambil mengedor-gedor pintu
“Rasain loh, siapa suruh lo deket-deket sama Rangga” Ucap orang yang sayup-sayup kudengar
Air mataku mulai jatuh, hp yang berada di dalam tas menambah kenahasan yang kualami hari ini. Selang 30 menit penantianku, pertolongan itu datang juga padaku.
Klek....
“Kamu nggak apa kan Nja?” tanya Sabrina dengan raut cemas
“Aku nggak papa Sab, makasih ya.” Ucapku tersenyum
“ini tuh udah kelewatan tau Nja” ucapnya emosi
“sudahlah, eh jangan sampai Rangga tau ya. Yuk ke lapangan, nanti mereka marah lagi.” Paksaku padanya
Dengan lanngkah terburu-buru, aku dan Senja sampai dilapangan.
“Kalian ini niat nggak sih ikut ekskull. Jam berapa ini?” Tanya salah satu seniorku
“emmm ma..af Ka” ucapku terbata
“Kalau ngga niat, ngapain daftar. Udah nggak kompeten, nggak tau aturan lagi. Buat lo Senja, sana lari keliling lapangan 10*” bentaknya padaku.
Hal seperti ini sudah sering terjadi padaku. Sebenarnya, mereka seolah menolak aku bergabung dalam ekskull ini, alasannya kata mereka tubuhku terlalu gendut dan wajahku terlalu pucat untuk menjadi bagian dari ekskull ini. Tapi tidak tau mengapa mereka pada akhirnya menerimaku menjadi bagian dari mereka. Dengan kondisi perut keroncongan, dan puusing yang melanda kupaksakan kaki ini untuk terus berlari. Dan ketika masih keputaran 7 tiba-tiba pandanganku mengabur dan aku tak tau lagi.
Sayup-sayup ku dengar suara orang berdebat
“Kenapa Senja lo suruh lari?”
“Dia terlabat Nga. Lo tahu kan aturannya.”
“Harusnya, lo tuh lihat kondisi dong nggak main nyuruh aja, pokoknya kalau sampe Senja kenapa-kenapa, orang pertama yang bakal gue cari adalah lo. Gue tau sebenarnya apa aja yang lo lakuin ke Senja. Gue pilih diem karena gue nggak mau Senja tambah merasa kurang percaya diri. Tapi tingkah lo makin menjadi, awas lo.”
Dan tiba-tiba pintu terbuka, dan Rangga masuk.
“Kamu nggak papa kan Nja? Masih pusing?” Serunya dengan khawatir
“Aku udah ngga papa kok Ngga.” Ucapku pelan
“Aku antar kerumah sakit yuk, aku khawatir banget tau.” Balasnya
“Aku ngga papa Ngga. Mau pulang aja.” Tutupku
“yaudah, aku gendong ya. Aku ngga menerima penolakan.” Tegasnya.
“Rangga. Cukup, aku ingin berhenti. Terimakasih buat semua.” Ucapku tiba-tiba dan dengan nada bergetar menahan tangis.
Ditengah kekagetannya, ku berlari manjauhi UKS. Mencari kendaraan secepat kilat meski pusing dikepala masih menerpa. Aku kira ini jalan terbaik yang aku pilih. Dan mungkin beginilah akhirnya. Mencintainya memang anugerah. Berada di dekatnya memang seolah mimpi yang tak tertandingi. Tapi, aku rasa masa depanku  masih jauh. Hidupku masih panjang. Ku tau daripada kumeratapi diri yang tak mungkin sejajar denganya, aku memilih prioritas yang lain karena ada mimpi yang ingin aku kejar. Sudah cukup itik buruk rupa ini menanggung rasa ini. Buat apa dipertahankan jika menambah luka. Membangun kembali dirinya, menjadi sosok Senja yang baru adalah pillihan pertama yang aku putuskan.

Selamat malam Tuan rupawan 
Senja telah berganti 
Bolehkah Itik ini meminta izin Tuan? 
Izinkan Itik buruk rupa ini pergi. 
Itik sadar 
Tuan tak mungkin dalam genggaman. 
Tuan bukanlah orang yang tepat. 
Ataukah Itik yang terlalu tak pantas untuk Tuan?. 
Dan Itik berada diujung kelelahan untuk berjuang,
Untuk Tuan, bahagia selalu Itik harapkan untuk Tuan. 


Wednesday, 17 October 2018

Cerpen-Ketika Cinta Dipapas Restu Mama


“Duh Sin, diliatin terus. Nggak bosen apa?” Ucapku pada Sinta
“Duh Nya, lo sih ngga ngalamin jadi gue. Move on itu susah tau.” Ucap Sinta sambil mbrengut.
“Usaha dong Sin, mungkin si Agam emang bukan jodoh lo. Pulang yuk, udah makin malam nih”  Ajakku
“Doakan yang terbaik deh Nya.” Ujarnya sambil berdiri.
Perkenalkan namaku Anya, saat ini gue bekerja menjadi salah satu staff accounting disebuah perusahaan dikotaku. Dan hei perkenalkan sahabatku yang tadi, namanya Sinta. Sosok kalem, sabar, dan asli buaik hati. Ibarat orang bilang paket komplit deh. Tapi, sayang saat ini dia lagi dilanda galau tingkat akhir setelah kisah persahabatan jadi cinta dipupus oleh restu mama si cowok.
Dan perkenalkan juga eks pacar Sinta, namanya Agam, sahabat deket gue juga. Agam ini sosok penyanyang banget, care banget, penyabar, bijak, dan jangan lupakan tubuh proporsional serta kepandaian dia yang mempesona. Tapiii, yang gue sesalkan, nih si Agam keliatan pengecutnya nggak mempertahanin kisah cintanya yang menurut gue mereka adalah pasangan the best. 
“Nya, menurut lo gue itu gimana sih? Sampe mamanya Agam  ngga ngrestuin hubungan gue sama dia?” Tanya Sinta padaku sambil menuju parkir tempat kendaraan kita. FYI, ini pertannyaan kesekian kalinya yang Sinta tanyakan kegue.
“Duh Sin, lo pasti taulah jawaban gue apa. Bahkan orang lain yang ngelihat lo pasti juga mikir sama kek gue” Balasku
“Tapiii....” sedihnya
“Udahlah, move on gitu. Jangan buang waktu lo buat sedih-sedih kek gini. Udah 1 bulan lebih loh. Move on dong.” Balas gue
“Yaaa lo kira move on semudah itu. Do’akan deh, mulai besok gue udah nyiapin planing 1000 cara buat nglupain Agam.” Balasnya dengan senyum palsu.
“Semangat my sista, gue yakin lo bisa.” Tutupku sambil berjalan ke kendaraan masing-masing.
Sesampainnya dirumah, gue langsung rebahan ditempat tidur. Baca wattpad sambil ngedengerin musik. Menurut gue itu tuh surga dunia dan me time terbaik. Yah, sesederhana itu buat merilexskan badan gue. Di tengah kegiatan itu, pikiran tentang alasan Agam ninggalin Sinta berputar-putar diotak gue. Gue kenal Agam bukan sehari dua hari, bahkan gue lebih dulu temenan sama Agam dibanding sama Sinta. That’s why gue nggak percaya kok bisa Agam ngelakuin itu. Dan tanpa sepengatuan si Sinta, gue ngehubungin Agam. Secara, kerena itu hubungan persahabatan antara gue dan Agam juga agak renggang.

Agam kampret (+62853334....)


Gam
Oiii Nya, lama nggak ada kabar lo?


Gue sehat Gam. Ketemuan yok. Ada yang mau gue tanyain.
Ayok, besok di jam makan malam di kafe biasa ya. Ada yang mau gue cerita ke elo juga. Asli suntuk  banget gue.


Okee. Langsung ketemu disana ya



Seperti yang telah gue janjikan sebelumnya, malam ini gue ketemuan sama Agam.
“woy Nya, lama amat nyampennya” Protesnya
“sorry, macet banget kali Gam. Mendung amat muka lo Gam” Seruku
“Yaaa ya ya lo tau lah Nya. Bentar sebelum gue mau ngomong, mending pesen makanan dulu yok!” Serunya sambil manggil pelayan. Sambil makan gue dan Agam cerita-cerita tentang kegiatan kita sehari-hari. Ya meski hubungan gue sama Agam agak rengang, gue akui Agam adalah salah satu sahabat gue yang klop.
“Gam, lo belum jelasin sama gue tentang hubungan lo sama Sinta?” Ucap gue
“....ya lo tau sendiri lah Nya gimana Mama.” Lesunya
“Kenapa lo ngga usaha gitu, lo kan belum nyoba!”Ucap gue tak santai
“Anya, gue kira ini jalan yang terbaik. Cukuplah gue nyobak buat sodorin nama Sinta ke Mama selama 3 tahun ini. Dan hasilnya, gue nggak dapat respond apapun dari Mama.” Tunduknya
“Usaha lebih giat lagi dong Gam, jangan nyerah gitu. Apa cinta lo udah luntur sama Sinta?” Tanyaku retorik
“Ya lo tau sendiri betapa sayang gue sama dia Nya. That’s all cause her. Dengan gue meninggalkan Sinta, gue harap Sinta bakalan bahagia. Gue tau Sinta itu sempurna, mudah buat dia buat nemuin cowok yang pantas dan cocok dengan dia. Dan mama juga bakalan dapat mantu yang sesuai dengan apa yang dia idam-idamkan. Nantinya, kalau gue tetep mempertahanin Sinta dan nentang Mama, yang bahagia cuma gue Nya cuma gue. Mama dan Sinta pasti bakalan kesiksa satu sama lain. Mama dengan kekecewaannya, dan Sinta bakalan ngadepin sikap kekecewaan Mama. Lo paham kan maksud gue” Jelansya
“Dan lo? Dengan kek gitu lo hancurin kebagahian lo sendiri Gam” pungkasku
“ngak apa lah Nya, hati gue nggak masalah. Gue masih bisa ngatur. Yang penting orang yang gue sayang bahagia, itu cukup kok Nya” tepisnya.
Speechless gue dengan jawaban si Agam. Gue nggak nyangka Agam sedewasa itu, dan se bijak itu.  Logis juga jawaban Agam, memukau bahkan. Meski, gue tau Agam melupakan satu hal. Yaa, Agam lupa tentang kuasa Allah. Dia lupa kalau hati manusia mudah dibolak-balikkan. Belum tentu juga dengan jalan yang dia pilih, Sinta atau Mamanya bakalan bahagia atau malah terluka atau bakalan orang lain yang tambah terluka. Atau mungkin nantinya mereka semua bakalan bahagia dengan pilihan itu. Tak ada yang tau juga. Harapan Agam, Sinta dapat move on dengan cepat. Nyatanya, hingga 1 bulan ini Sinta sulit buat move on. Menurut Agam, melepas Sinta, Sinta akan bahagia. Nyatanya Sinta masih terluka. Satu hal juga yang Agam lupa, mengatur hati itu nggak semudah itu. Yeah, tapi gue akui jalan fikiran Agam berbeda.

Tuesday, 16 October 2018

Cerpen-Ternyata Aku Salah?


“Ras, sudah jam 9 nih. Gih pulang, nanti nyokap lo nyariin lagi”
“Bentaran deh, masih sore ini” Jawabku sambil memberenggut.
Tuuut....tuuut
­Mama calling
“Nah loh benerkan apa yang gue bilang, nyokap lo udah telfon tuh” Ucap Tiara sambil diikuti tawa membahana teman-temanku. Tanpa menunggu lebih lama, aku sedikit menjauh dari keberadaan mereka.
Perkenalkan namaku Larasati, biasa dipanggil Laras. Mahasiswi semester akhir disebuah Universitas Negeri di ibukota provinsi tempatku dilahirkan dan dibesarkan. Semenjak kuliah, aku memilih kos karena letak rumahku yang berbeda kota dengan tempatku menuntut ilmu. Menjadi anak kos, bukan berati predikat anak mama bakalan ilang, bahkan julukan itu jadi bualan teman-teman ketika jam-jam malam gini ataubahkan ketika jam-jam makan siang. Bosen? Kadang iya. Kadangtuh rasanya aku  udah dewasa gitu, bukan lagi anak kecil yang apa-apa harus lapor.
“iya Ma” jawabku enggan
“Adek dimana? Sudah pulang kan” Tanya Mama dari ujung telepon
“iyaa-iyaa ini adek pulang”
“segera loh ya, sudah malam ini. Jangan lupa makan, jaga kesehatan”
“hm”
Dengan wajah kesal kuambil tas yang terletak dimeja yang kududuki bersama teman-temanku tadi.
“Guuys, gue pulang dulu ya” pamitku dengan muka keruh
“hahaha, iya cepet pulang sana. Dasar anak mama” Jawab teman-temanku kompak sambil ketawa.
Rasa dongkol diperlakukan seperti itu sering banget hinggap dihati. Keluhan kenapa mamaku tidak seperti mama teman-temanku kadangkala hinggap dan menumbuhkan rasa iri dihati.
Dengan perasaan dongkol kulangkahkan kaki ini menuju Sipaul, motor matic pink yang selalu menemaniku dan mendengar curhatanku. Dan tiba-tiba
“Eh Ras, mau pulang?” Tanya Meisya, teman satu kampus dan satu kosku
“Iya nih Sya, mama udah nelfon melulu” jawabku dengan rengutan.
“Enaknya jadi lo Ras” Ujarnya sambil menatapku sendu
“Enak apanya sih, menyebalkan tauk!” ujarku sewot
“Kalau gue bisa, gue pengen diposisi lo Ras” Tutupnya sebelum meninggalkanku yang terdiam memfikirkan omonngannya.
Sepanjang jalan aku terus memfikirkan apa yang dikatakan Meisya. Apa yang enak jadi anak yang terlalu dioverproctetifin orangtua. Dan menurutku pendapatku enggak salah dan apa yang dikatakan Meisya itu salah karena dia nggak ngerrasain diposisiku.
Malam kiat larut, tetapi mataku sulit terpejam. Kulangkahkan kaki menuju loteng kos, tempat dimana aku sering  menghabiskan waktu sambil melihat keindahan bulan dan bintang. Semakin dekat dengan loteng semakin ku dengar suara isakan tangis tertahan. Nyaliku menciut untuk melangkahkan kaki. Tapi aku yakin itu suara manusia dan cewek.
Nampak dikursi yang memang sudah ada diatas loteng, aku mellihat cewek yang sedang menangis dengan sengukan yang cukup keras dan meremas hati.
“Sya” Tegurku setalah kusadari kalau cewek itu adalah Meisya.
Meisya hanya menoleh sekilas, dan tetap melanjutkan tangisannya
“Lo tau Ras, kenapa gue kepengen diposisi lo?” Tanyanya retorik
Tak menjawab kuhanya diam, duduk disebelahnya dan mengelus punggungnya untuk meredakan tangisnya.
“Gue terlahir dengan keluarga yang menurut orang sempurna, ta..ppiii 12 tahun lalu saat umur gue bahkan masih menginjak usia 10 tahun keluarga yang gue anggap sempurna hancur tak bersisa. Tak ada suara lembut mama yang selalu mengingatkan gue, tak ada lagi tangan lembut papa yang selalu memeluk gue kala gue sedih. Semuanya hilang.” Ceritanya dengan suara sedih.
Tak kuucapkan sepatah kata apapun, yang bisa kulakukan hanya mengelus pundaknya.
“Mereka bertengkar hebat mulai hari itu, tak ada lagi yang ditutupin dari gue. Kata...mereka cerai adalah jalan tebaik buat gue dan mereka. Nyatanya? Lo tau? Dikala mereka seneng dengan keluarga baru mereka, lalu dengan gue? 12 tahun gue hidup dengan rasa trauma yang terus membekas.. SMA gue dibully dan nggak ada tempat buat gue berbagi. Baaahkan taip hari gue baruu bisa tidur jam 3 pagi. Kala gue mau nutup mata, ketakutan, bullyan, cercaan, dan pertengkaran itu terus membayang-bayangi gue. Gue harus apa Ras?” Isaknya semakin dalam.
Tangganku yang awalnya dibahunya kugunakan untuk mengngenggam tangganya, menyalurkan kekuatan untuknya.
Malam itu aku mulai berfikir, betapa beruntungnya aku. Punya mama-papa yang sangat perhatian, punya orangtua yang nggak ngebiarin aku salah arah, punya mereka yang selalu ada dengan jutaan cintanya untukku. Dan mulai malam itu, aku Laras, mulai berjanji dengan diriku sendiri buat selalu dan terus berusaha buat ngga ngebuat orangtuaku terlalu khawatir denganku. Dan mulai menujukkan kasih sayangku pada mereka. Sungguh, betapa baiknya Allah padaku, menghadirkan mereka dalam perjalanan hidupku.
Dan untuk Meisya aku sendiri tak  tau apa yang harus kulakukan untuk membantunya. Hanya do’a dan bahu serta pelukan buat mendengar keluh kesahnya yang bisa kusediakan untuknya. Dan mulai malam itu, aku mendeklarasikan diriku sebagai sahabat Meisya. Sosok yang membantuku membuka mata dan menyadarkanku untuk lebih bersyukur memiliki mereka (orangtua) dalam hidupku.



Friday, 28 September 2018

Kuliah Sambil Kerja? Bisa Nggak Ya?


Pernah nggak sih terfikir buat kalian para mahasiswa atau mahasiswi buat kuliah sambil bekerja? Mungkin bayangan di benak kalian sangat ingin ya buat kuliah sambil bekerja? Teatpi kdang hal itu hanya menjadi angan-angan semata bukan? Kuliah sambil bekerja menurutku adalah hal yang sangat sulit, dimana kita dituntut menyelesaikan antara kuliah dengan pekerjaan dengan kualitas yang tentunya baik semua. Setiap orang tentunya berbeda, ada yang bisa multitasking dan ada yang tidak bisa multitasking. Tapi kembali lagi pada bagaimana cara kita mengatur dan menjalaninya.
Kali ini aku mau membagikan cerita atau pengalaman temanku yang kuliah dan mengembangkan bisnisnya juga.
Namanya Fahmi Risal atau biasa dipanggil Fahmi. Fahmi ini merupakan salah satu anak yang kuliah sambil bekerja. Dalm hal ini, Fahmi memiliki bisnis jasa untuk pembuatan desain. Clientnya sudah bermacam-ragam, mulai dari usaha baru hingga usaha yang sudah tumbuh besar. Tapi tentunya di balik semua itu pasti ada perjuangannya bukan?
Motivasi Fahmi sendiri dalam bekerja sambil kuliah adalah orangtua. “Keadaan ekonomi keluargalah yang menuntut saya untuk terus berusaha. Saya harus berusaha untuk minimalnya mampu menghidupi diri saya sendiri” Ungkapnya.
Menjalani bisnis dan kuliah tentunya bukan hal yang mudah untuk dijalani. Dibutuhkan semangat yang tinggi, kesungguhan dan konsistensi. Keinginan unntuk menyerah bahkan sering terjadi dalam diri Fahmi, namun jika hal itu terjadi dia selalu mengingat kembali motivasinya untuk berbisnis. “Pernah kejadian bisnis saya direndahkan, dan saya memilih diam sambil berusaha sekuat tenaga untuk membuktikan bahwa ini lo bisnis saya” Ungkapnya.
Selain itu dalam perjalanannya juga tidak selalu berjalan dengan mulus. Deadline tugas kuliah dan deadline client seringkali datang bersamaan. Tentunya hal ini prioritaslah yang membantu Fahmi. Dalam hal ini prioritas Fahmi adalah Bisnisnya, sehingga client selalu didahulukan. Tetapi Fahmi juga menekan dirinya untuk kuliah dengan syarat nilai indeks prestasinya tetap dalam koridor aman. “Di jam-jam pergantian kuliah dan jam kosong saya lebih sering buat mengerjakan pesanan client”
Menurut Fahmi sendiri kuliah dengan bisnis sangat menguntungkan, meski banyak hal yang perlu dikorbankan dan diperjuangkan. Relasi, skill dan link adalah salah tiga manfaat dari kuliah sambil bekerja. Di tempat kuliah pun menjadikan salah satu tempat untuk Fahmi menemukan partner yang tepat dalam mengembangkan bisnis yang telah ia rintis sejak lulus dari SMK. Selain itu menurutnya hal yang pertama yang bakal dilihat oleh client adalah pendidikan dari owner bisnis tersebut. Sehingga, apapun bisnisnya kuliah sangat diperlukan.
Fahmi menyarankan kepada semua mahasiswa atau mahasiswi untuk berbisnis selagi masih kuliah. Banyak manfaat yang didapatkan, meski banyak tantangan. “Apapun bisnisnya cobalah, kita dalam bisnis itu bosnya. Manfaatnya banyak banget, paling dominan kemampuan managerial kita” Ungkapnya. Tetapi kembali lagi semua yang membutuhkan perjuangan tentunya akan berbuah manis. Jadi tetap semangat untuk kalian-kalian yang sedang kuliah sambil bekerja, dan untuk kalian yang fokus kuliah jangan main-main dengan kesempatan yang datang pada kalian.

Monday, 24 September 2018

PKM-Ajang Pamer Kreativitas Mahasiswa


Selamat siang guys, lama ya tak bersua.Kali ini  aku mau menulis tentang pengalaman PKM.  Ada yang tau PKM itu apa?
Sebenarnya ini bukan tentang pengalamanku, tetapi pengalaman temanku yang lolos PIMNAS 2 kali berturut-turut. Tahun lalu PIMNAS diselenggarakan di Makasar tepatnya di Universitas Muslim Indonesia, dan tahun ini diselenggarakan di Univertas Negeri Yogyakarta.
Cekidot pengalaman dari temenku.
Namanya Nur Rohma Wulandari, dia sekarang menginjak semester 5 di salah satu Politeknik Negeri di Surabaya. Wulan atau biasa di panggil telah mengikuti ajang Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional sebanyak 2 kali. Pada tahun pertama, Wulan lolos mengikuti PIMNAS yang diselenggarakan di UMI, bersama 4 orang anggota timnya Wulan berangkat ke Makasar.
Pada tahun kedua di bangku perkuliahan, Wulan bersama 2 anggota timnya lolos lagi dalam PIMNAS 2018 yang diadakan di Universitas Negeri Yogyakarta. Di  tahun ini juga, Wulan bersama timnya mendapatkan satu medali emas dalam bidang presentasi dan satu medali perungu dalam bidang poster.
Menurut Wulan PIMNAS merukapan ajang yang sangat menyennangkan, banyak manfaat yang di dapat dari mengikuti PIMNAS. “Bertemu mahasiswa dari seluruh Indonesia, kemuudia kita harus bekerjasama dengan dosen untuk memberikan yang terbaik bagi kampus. Selain itu, kita bisa mengenal lebih dekat dan berjuang bersama-sama dengan teman satu kampus yang bahkan awalnya kita nggak kenal.”
Menjadi perwakilan kampus tentunya merupakan salah satu moment  yang sangat membanggakan, dan tentunya kita semua mengakuinya. Namun, tentunya menjadi bagian dari PIMNAS diperlukan perrjuangan ekstra. Tidak mungkin dengan leha-leha bisa membanggakan kampus. Ups
Wulan memaparkan hal-hal yang sangat perlu diperhatikan ketika mengikuti PIMNAS selain ide yang keren tentunya penulisan proposal, penulisan laporan dan penulisan karya ilmiah harus benar-benar di perhatikan. Selain itu mewujudkan ide yang awalnya dalam benttuk proposal menjadi suatu alat (dalam hal ini Wulan masuk dalam kategori KC) tentunya di butuhkan juga perjuangan yang ekstra. Revisi dari dosen pembimbing PKM tentunya menjadi santapan sehari-hari setelah proposal dinyatakan lolos dalam pendanaan.
Tentunya perjuangan itu sangan berimbang ketika bisa menjadi bagian dari event besar PIMNAS. Sangat terbayarkan. “Tentunya sangat terbayarkan perjangannya, saat hari H banyak banget hal yang baru dan tentunya menambah pengalaman baru buat saya” Papar Wulan
Banyak cerita-cerita lucu yang terjadi setelah PIMNAS dalam hal ini setelah pengumuman “Satu hari setelah pengumuman, merupakan moment dimana kita diajak liburan haha” Wulan menceritakan dalam liburan ini, dia diajak untuk mengunjungi tempat-tempat pariwisata di daerah sekitar PIMNAS dan juga mendapatkan teman beda jurusan. Pengalaman seru dan unik selama mengunjungi  tempat wisata adalah moment yang membahagiakan. “Menyenangkan banget, apalagi ini liburan gratis. Ke Makasar dan ke Yogyakarta.” Ucapnya sambil tersenyum.
Sebagai salah satu mahasiswa yang mengikuti PIMNAS, tentunya Wulan berharap agar semua mahasiswa mau dan niat untuk mengajukan idenya yang dikepala dan diwujudkan dalam proposal untuk diajukan dalam PKM. Dengan manfaat yang didapatkan tenntunya perjuangan yang dilakukan sangat  terbayarkan.

Tuesday, 11 September 2018

Tentang Mimpi


Pernahkah merasa capek dengan sejuta mimpi kalian? atau pernah kecewa ketika mimpi itu melesat, melesat menjauh  bukan melesat tuk terwujud? Atau kalian dalam satu titik jenuh dan bingung tentang apa yang harus dilakukan ketika mimpi-mimpi itu sudah berhasil kalian dapatkan?
Mimpi adalah sebuah harapan. Secercah jalan yang menerangi kita untuk selalu berjuang. Meski kadang mimpi tak selalu tercapai dan dipupus oleh angan. Tapi bolehkah kita menyerah? Mungkin ketika kita menyerah, kita terlalu hopeless dengan kekuatan Allah. Atau mungkin kita pada tiitik lelah, lelah untuk berjuang. Tapi, ingat kembali yang memperjuangkan satu mimpi bukan hanya kita sendiri melainkan orang-orang yang bahkan tak kita kenal sekalipun.
Ah memang mudah berbicara, dan praktiknya tentunya tak seindah sebaik kata yang keluar dari mulut. 
Pernahkah kita merasa bosan dengan apa yang kita jalani? Bingung dengan tujuan apa lagi yang hendak kita capai ketika mimpi-mimpi dan harapan sudah digemgaman tangan. Cobalah untuk keluar, membantu mewujudkan ribuan mimpi orang lain, laksana orang lain yang tak mengenalmu membantu dalam mewujudkan mimpimu.
Keluuarlah dan bersyukurlah. Satu hal, kenikmatan yang tak terkira itu ketika kita bisa membuat orang lain tersenyum lepas dengan apa yang kita lakukan. Dengan hal  yang bermanfaat tentunya.  

Saturday, 1 September 2018

Memukaunya Acara Opening Asian Games 2018

Masih ingat dengan Euforia Pembukaan Asian Games 2018? Bagaimana menurut kalian tentang pembukan asian games 2018? Begitu spektakuler atau mengharukan 
Pembukaan Asian Games yang dilaksanakan pada hari Sabtu, 18 Agustus 2018 sangat memukau, hingga saat ini perbincangan tentang Opening Ceremony Asian Games 2018 menjadi topik yang keren untuk dibicarakan.  
Dari segi tempat yang di desain begitu megah, menggambarkan Indonesia dengan setting tempat seolah menggambarkan Indonesia dengan susunan sawah, gunung dan laut. Sangat memukau hingga speechless ya.  
Jangan lupa Mission Imposible  yang dilakukan oleh Presiden Jokowi dengan mengendarai motor gedenya menuju gelora bung karno begitu nyentrik dan memukau. Dari keterangan Jokowi saat menjadi pembicara dalam sebuah forum, mission imposible ini sudah ditawarkan pada beliau 1,5 tahun yang lalu oleh Wishnuhutama. Sayangnya kekerenan ini malah tercemar dengan komentar netizen, bukan fokus dengan hiburannya malah salah fokus pada stuntment nyaHaduh. Yang bukan masalah, jadi dipermasalahin 
Setelah itu, pertunjukan tari ratah jaroe yang bener-bener spektakuler. Dari ribuan penari, kemudian pakaian hingga gerakan tarinya. Begitau memukau. Keren banget deh. Jumlah penari ratah jaroe sekitar 4.000 orang dengan kecepatan ganti pakaian yang bikin kita takjub. Ada yang searching, kok bisa sih ganti pakaian kilat amat? Haha, kalau ada berati sama ya. Aku juga searching. Ternyata itu rahasianya dalam kostumnya guys. Eh sebelumnya ada yang ngira kalau ini tari saman nggakEhehe 
Opening Asian Games sangat menarik perhatian dunia internasional untuk menyorot Indonesia. Sungguh membanggakan bukan. Indonesia menjadi tuan rumah Asian Games untuk keduakalinya setelah tahun 1962. Dan tentunya pembukaan yang sangat spektakuler ini menjadi perbincangan hangat dengan apresiasi yang luar biasa.  
Hendaknya kita sebagai bangsa Indonesia sangat bangga, anak Indonesia bisa menghasilkan karya dengan spektakuler. Kurangi yuk nyinyir-nyinyir di sosial media, apalagi yang dinyinyirin negara sendiri, apalagi malah salah fokusnya juga. Masalah stuntment, kemudian lipsync dari penyanyi adalah fokusan yang salah menurutku. Mereka sudah tampil begitu memukau, yuk apresiasi. Jikalau semisal tidak pakai stuntment, kata Pak Presiden Jokowi “ya gila saja bro”, kemudian masalah lipsyn tentunya kita sendiri tahu kualitas vokal mereka, para penyanyi tersebut lipsync berhubungan dengan masalah teknis. Bukan tentang suara mereka.  
Sekian deh cuap-cuap Mita tentang Asian Games. Mari kita tunggu dan saksikan clossing Asian Games di hari Minggu, 2 September 2018. Jikalau ada pendapat Mita yang salah, mohon dimaafkan ya. Terimakasih sudah membaca.