Sunday, 21 October 2018

Cerpen- Ditengah Kebimbangan Dunia Kampus

"ih Ya, mukalo kusut amat." Tegur Lala
"Ngantuk berat gue La." Jawab Yaya sambil meletakkan kepalanya di atas meja
"Yaudah, tidur bentar gih. Masih ada waktu 30 menit sebelum jam masuk." Balas Lala.
"Hm." Enguh Yaya yang sudah ke alam mimpinya.
Tak sampe 30 menit ternyata sang dosen sudah sampe.
"Ya ya ya dosennya datang." Ucap Lala sambil menguncang tumbuh Yaya
"Euh. 5 menit lagi." Jawab Yaya
"Duh Ya, jangan kebo. Bangun Ya." Guncang Lala
"Selamat pagi." Ucap sang dosen.
Dan Yaya masih tetap terlelap, Lala sudah tak bisa berupaya membangunkan Yaya.
"Yaya!" Sang dosen berjalan menghampiri Yaya.
"Bentar La, masih ngantuk." Balas Yaya
"Lala. Kalau masih tidur silahkan keluar dari kelas saya." Tegas sang dosen
Dengan gelagapan Yaya bangun dari tidur nyenyak nya.
"Eh tidak Pak, baik Pak." Jawab Yaya gelagapan
Mendengar jawaban Yaya, sang dosen pun kembali ke depan kelas.
"Baik, pagi ini kita lanjutkan materi yang kemarin. Untuk tugas yang kemarin silahkan kumpulkan di meja saya sekarang." Ucap sang dosen.
"La, ada tugas apa? Kok gue ngga tau." Bisik Yaya
"Tugas yang kemarin Ya, bukannya Lo kemarin udah gue ingetin." Bisik Lala pelan sambil sibuk mengambil tugasnya dalam tas.
"La, gawat. Gue lupa ngga ngerjakane" syok Yaya tertahan
"Aduh Ya, kebangetan banget sih Lo. Ini tugas udah 2 Minggu kali." Balas Lala sedikit jengkel. Lalu satu persatu teman Yaya maju kedepan mengumpulkan tugasnya
"Siapa yang belum mengumpulkan, silakan keluar dari kelas ini." Tegas sang dosen
"Permisi Pak, a apa tidak ada keringanan? Saya benar-benar lupa Pak." Sedih Yaya
"Keringanan yang seperti apa? Silahkan tutup pintu dari luar Ya." Ucap sang dosen tanpa bisa di bantah.
Yaya pun dengan wajah sedih meninggalkan kelas.
Perkenalkan, namanya Yaya. Mahasiswi semester 4 yang lagi aktif-aktifnya ikut organisasi. Tiada hari tanpa rapat. Segudang aktivitas nya yang sangat padat akhir-akhir ini membuat beberapa orang jengah akan tingkahnya. Seperti hari ini.
Kelas pun selesai, Lala yang sebelumnya sudah menanyakan keberadaan Yaya segera menyusul Yaya di kantin.
"Udah segeran Ya?" Tanya Lala
"Nggak tambah seger, tambah suntuk kali." Jawab Yaya keki
"Lo sih, tanggung jawab kali Ya." Pelan Lala
Kemudian mereka pun terdiam dengan fikirannya masing-masing.
"Eh La gimana rapat kemarin? Sukses?" Tanya Lala
Bukannya menjawab, mendengar pertanyaan Lala, ingatan Yaya malah kembali pada malam kemarin.
"ini itu bukan gini, kita nggak bisa pakai cara ini." Eyelnya
"Kalian itu bisa mikir nggak sih?" Seru yang lain
"Kalian ini hidup dalam organisasi, bukan hidup sendiri." Saut salah satu kakak kelas.
"Sudah mahasiswa, kalian harus memikirkan dampaknya juga. Bukan demi satu point, kalian tidak memikirkan efek yang lain." Sela salah seorang dalam ruangan
"Sudah-sudah pembahasan terlalu melenceng. Dan jam sudah menunjukkan pukul 3 pagi. Rapat kali ini saya tutup dan dilanjut besok." Putus sang pemimpin.
"Duh Ya, bukannya jawab malah melamun." Tegur Lala
"Hm, seperti yang kemarin-kemarin lah. Nggak ada keputusan. Masih berdebat tanpa ujung." Balas Yaya pelan
"Emang kemarin sampe jam berapa?"
"Jam subuh." Pelan Yaya.
"Ya, kalau boleh gue bilang. Ini bukan Lo banget. Demi ini banyak tanggung jawab Lo yang Lo abaikan. Bahkan tugas kuliah Lo banyak yang keteteran. Lo Ang punya tanggung jawab  disitu. Tapi Lo juga punya  tanggung jawab atas tugas-tugas kuliah Lo. Resapi deh apa yang gue sampaikan. Btw, gue duluan ya, mama minta temenin" Nasihat Yaya sambil berlalu.
Malam pun tiba, hari ini Yaya absen dengan kegiatan rapatnya. Ia masih terus merenungi kata-kata Lala. Dia merasa benar dengan apa yang dikatakan Yaya. Ini seperti bukan dunianya. Terlalu banyak yang berbeda. Dan ia berfikir bahwa terlalu banyak tanggung jawab lain yang ia abaikan. Ditengah perenungannya, hp nya berbunyi
Abang calling
"Assalamualaikum Abang." Bukanya
"Waalaikuksalam adik Abang. Lagi dimana dek?" Tanya Abang Yaya
"Lagi di kos Bang." Balasnya
"Suaramu kenapa dek? Sakit? Dan tumben di kos, nggak ada rapat?"
"Kurang istirahat Bang. Abang nanya apa nyindir" kesal Yaya
Dan suara abangpun terdengar di balik telepon.
"Bang, Yaya bingung...." Pelan Yaya
"Bingung kenapa Ya? Cerita dong sama Abang." Jawab sang kakak. Dan Yaya pun menceritakan apa yang terjadi belakangan ini pada Abangnya.
"Ya, dunia organisasi kadang emang bagai candu. Tapi kamu masih tau batasannya dek. Abang ngga menghakimi kamu mengikuti banyak aktivitas diluar. Seperti pesan Abang diawal. IPK itu 4, 96 nya proses diluar yang membentuk kamu. Kalau kamu begini berati management waktumu dan bentengmu buruk dek" Jawabnya tegas
"Lantas?" Tanyaku ambigu
"Kembali lagi, perkumpulan yang baik ya yang membawa kamu dalam kebaikan. Seperti yang selalu dikatakan Ayah pada kita. Abang mengenal dunia organisasi lebih dulu dari kamu, sejak SMP bahkan Abang sudah terjun didalamnya. Tapi Abang inget lagi. Ketika Abang ambil tanggungjawab itu, tanggungjawab yang lain harus tetap diprioritaskan. Konsekuensi lah dek." Tambahnya
Beberapa saat kami terdiam
"Tanyakan pada dirimu. Sebagai Abang kamu, Abang merasa kamu agak berbeda. Dimana adek Abang yang selalu prioritaskan ibadah, dimana adek Abang yang selalu punya waktu untuk pulang dan ngasih kabar ke Ayah. Dan kemana adik Abang yang selalu fokus serta tanggung jawab sebanyak apapun tugas yang dia emban?" Papar Abang
"Oh iya dek. Kalau bisa pulang, jangan lupa pulang. Ayah kemarin cerita ke Abang, kamu jarang pulang dan kalau di WA balasnya lama banget. Mereka kangen kamu, sesibuk apapun kamu. Orangtua harus tetep prioritas utama. Sudah dulu ya, fikirkan kata-kata Abang. Segera istirahat jangan lupa sholat sama makan. Assalamualaikum." Tutup Abang
Selepas itu, Lala sadar ia salah. Harusnya dia tetap menjalankan semua yang telah ia ambil. Itu konsekuensinya. Tak bisa dielak lagi. Apalagi ibadah, pulang, dan akademik. Ibadah adalah tanggungjawab nya pada Tuhannya, tak seharusnya di abai, apalagi membandingkan dengan urusan dunia. Lantas pulang, ia sadar betapa ia jarang pulang bahkan untuk sekedar vidcall pun sangat jarang, padahal orangtuanya pasti selalu khawatir dengan keadaannya. Dan akademik, tak seharusnya dia berlaku begitu. Adanya dia diorganisasi nya pun karena ia akademik buat menuntut ilmu. Lantas kenapa ia abaikan? Dan dia berfikiran buat apa dipertahankan jika itu tidak membawa kebaikan?

#cerita ini hanya fiktif belaka. Setiap orang pasti punya perspektif sendiri mengenai pandangannya terhadap dunia organisasi. Sekian~~~

0 comments:

Post a Comment