Selamat malam guys, semoga hari ini
menyenangkan guys. Selamat hari Pendidikan Nasional juga guys. Hari ini Mita
mau bahas tentang pendidikan Nasional selama 16 tahun dalam pendidikan
Indonesia. Sebagai obyek yaah guys, bukan sebagai subyek.
Dalam 16 tahun yang sudah aku
lalui nih, dari TK hingga jadi mahasiswa
semester 4 di sebuah Perguruan Tinggi Nasional. Banyak banget pengalaman yang
aku lalui. Mulai dari SD dimana adanya aturan bahwa masuk SD harus minimal usia
nya 7 tahun. Wholaaaa, banyak banget teman-teman yang ngak bisa masuk SD, pada
akhirnya kembali ke TK. Tapi tak apalah demi kebaikan psikologi juga haha. Ini positive
nih haha.
Kemudian diwaktu aku SD kelas 6,
terdapat uji coba baru nih, diamana sistem Ujian Nasional memperkenalkan sistem
5 paket. Wholaaaa, mungkin lebih baik yesh. Namun, dalam segi pelaksanaan
banyak banget gaes kecurangannya. Selain itu, sistem 20 paket yang baru nih
terdapat beberapa kerancuan dan membuat psikologi kita sebagai siswa yang ujian
agak gimana gitu. Terkadang bukan malah memotivasi, tetapi malah menjadikan UNAS
sebagai beban. Padahal, tanpa dibilangin bahwa ujian kali ini 5 paket, tugas
kita tetap belajar bukan?
Diwaktu SMP, uji coba baru
dilakukan lagi. Sistem ujian nasional dibuat dengan jumlah paket sebanyak 20
paket. Mental semakin diuji, seperti beban dijatuhkan pada kita. Ancaman kelulusan
semakin menghantui. Prakteknya, ujian 20 paket tersebut tidaklah nyata,
nyatanya yang membedakan dari tiap-tiap paket tersebut terletak pada pengacakan
nomor. How poor we are!. Praktek kecurangan juga tak terelakkan lagi, calo-calo
kunci jawaban buanyak banget. Sebaran SMS untuk membeli kunci dengan harga
puluhan ribu hingga ratusan ribu gencar juga berkeliaran di SMS. Layaknya sebuah
momok bagi anak-anak yang mengutamakan kejujuran.
Diwaktu SMA sistem Ujian Nasional
kembali mengalami perubahan. Sistem CBT (Computer Base Test) diperkenalkan. Akibatnya,
ujian yang dilakukan tidak bisa dilakukan secara serentak. Dalam prakteknya
kecurangan tentunya semakin menjadi. Pada hari pertama PBT (Paper Base Test)
dilakukan dengan dua kali mata pelajaran, anak CBT hanya sekali ujian. Akibatnya
soal PBT yang keluar menyebar secara cepat. Tentunya hal ini sangat merugikan
anak-anak ujian berbasis PBT. So sad i am. Bebannya bukan tentang besok ujian
apa, melainkan besok apakah terjadi kecurangan lagi? Selain itu,
ketakutan-ketakutan nilai dibawah standart. Rasa iri dan merasa diboongin. Huaaaa.
Rasanya parah banget waktu SMA ini, rasa di bohongi, dicurangi, ngak terima.
Yah berbagai sistem sudah aku
lalui, perubahan kurikulum di waktu SMA dari pencabutan sistem RSBI, kemudian sekolah
Axel yang juga ngak diperbolehkan diganti dengan sistem kredit semester, kemudian
kurikulum 2006 yang diganti dengan kurikulum 2013. Banyak kontroversi yang
terjadi. So sad. Pergantian kurikulum ini tentunya tidak bisa serentak,
faktanya test masuk perguruan tinggi dilakukan dengan soal yang sama. Faktanya dengan
kurikulum yang berbeda, memiliki tingkat penyampaian yang ngak sama.
Oh banyak banget 16 tahun
pengalaman yang dialami. Harapannya bagi sistem pendidikan Indonesia dimasa
depan, Indonesia memiliki sitem pendidikan yang benar-benar sudah dipersiapkan.
Sistem pendidikan yang berangkat dari evalusi-evaluasi yang ada, bukan
berangkat dari sistem baru yang masih diuji cobakan. Sebagi obyek dari sistem
pendidikan Indonesia, berkaca dengan sistem pendidikan Finlandia baik, namun
apakah sesuai jika diterapkan di kultur Indonesia? Sistem yang baik sistem yang
penerapanya memperhatikan kultur, karakteristik dan sasarannya.
Terlepas dari baik dan buruk, Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga Pendidikan Nasional menjadi bail dan lebih baik lagi dan lagi.
0 comments:
Post a Comment