Wednesday, 2 May 2018

Aku dan 16 tahun Pengalamanku


Selamat malam guys, semoga hari ini menyenangkan guys. Selamat hari Pendidikan Nasional juga guys. Hari ini Mita mau bahas tentang pendidikan Nasional selama 16 tahun dalam pendidikan Indonesia. Sebagai obyek yaah guys, bukan sebagai subyek.
Dalam 16 tahun yang sudah aku lalui nih, dari  TK hingga jadi mahasiswa semester 4 di sebuah Perguruan Tinggi Nasional. Banyak banget pengalaman yang aku lalui. Mulai dari SD dimana adanya aturan bahwa masuk SD harus minimal usia nya 7 tahun. Wholaaaa, banyak banget teman-teman yang ngak bisa masuk SD, pada akhirnya kembali ke TK. Tapi tak apalah demi kebaikan psikologi juga haha. Ini positive nih haha.
Kemudian diwaktu aku SD kelas 6, terdapat uji coba baru nih, diamana sistem Ujian Nasional memperkenalkan sistem 5 paket. Wholaaaa, mungkin lebih baik yesh. Namun, dalam segi pelaksanaan banyak banget gaes kecurangannya. Selain itu, sistem 20 paket yang baru nih terdapat beberapa kerancuan dan membuat psikologi kita sebagai siswa yang ujian agak gimana gitu. Terkadang bukan malah memotivasi, tetapi malah menjadikan UNAS sebagai beban. Padahal, tanpa dibilangin bahwa ujian kali ini 5 paket, tugas kita tetap belajar bukan?
Diwaktu SMP, uji coba baru dilakukan lagi. Sistem ujian nasional dibuat dengan jumlah paket sebanyak 20 paket. Mental semakin diuji, seperti beban dijatuhkan pada kita. Ancaman kelulusan semakin menghantui. Prakteknya, ujian 20 paket tersebut tidaklah nyata, nyatanya yang membedakan dari tiap-tiap paket tersebut terletak pada pengacakan nomor. How poor we are!. Praktek kecurangan juga tak terelakkan lagi, calo-calo kunci jawaban buanyak banget. Sebaran SMS untuk membeli kunci dengan harga puluhan ribu hingga ratusan ribu gencar juga berkeliaran di SMS. Layaknya sebuah momok bagi anak-anak yang mengutamakan kejujuran.  
Diwaktu SMA sistem Ujian Nasional kembali mengalami perubahan. Sistem CBT (Computer Base Test) diperkenalkan. Akibatnya, ujian yang dilakukan tidak bisa dilakukan secara serentak. Dalam prakteknya kecurangan tentunya semakin menjadi. Pada hari pertama PBT (Paper Base Test) dilakukan dengan dua kali mata pelajaran, anak CBT hanya sekali ujian. Akibatnya soal PBT yang keluar menyebar secara cepat. Tentunya hal ini sangat merugikan anak-anak ujian berbasis PBT. So sad i am. Bebannya bukan tentang besok ujian apa, melainkan besok apakah terjadi kecurangan lagi? Selain itu, ketakutan-ketakutan nilai dibawah standart. Rasa iri dan merasa diboongin. Huaaaa. Rasanya parah banget waktu SMA ini, rasa di bohongi, dicurangi, ngak terima.
Yah berbagai sistem sudah aku lalui, perubahan kurikulum di waktu SMA dari pencabutan sistem RSBI, kemudian sekolah Axel yang juga ngak diperbolehkan diganti dengan sistem kredit semester, kemudian kurikulum 2006 yang diganti dengan kurikulum 2013. Banyak kontroversi yang terjadi. So sad. Pergantian kurikulum ini tentunya tidak bisa serentak, faktanya test masuk perguruan tinggi dilakukan dengan soal yang sama. Faktanya dengan kurikulum yang berbeda, memiliki tingkat penyampaian yang ngak sama.
Oh banyak banget 16 tahun pengalaman yang dialami. Harapannya bagi sistem pendidikan Indonesia dimasa depan, Indonesia memiliki sitem pendidikan yang benar-benar sudah dipersiapkan. Sistem pendidikan yang berangkat dari evalusi-evaluasi yang ada, bukan berangkat dari sistem baru yang masih diuji cobakan. Sebagi obyek dari sistem pendidikan Indonesia, berkaca dengan sistem pendidikan Finlandia baik, namun apakah sesuai jika diterapkan di kultur Indonesia? Sistem yang baik sistem yang penerapanya memperhatikan kultur, karakteristik dan sasarannya.  


Terlepas dari baik dan buruk, Selamat Hari Pendidikan Nasional. Semoga Pendidikan Nasional menjadi bail dan lebih baik lagi dan lagi.

0 comments:

Post a Comment