Selamat Pagi guys. Haha. Cukup
lama ngak posting ya? Ada yang kangen dengan tulisan Mita? Kalau kangen commend
ya. Haha.
Kali ini aku punya bahasan yang
saat ini kurang dimiliki remaja zaman now. Aku menulis ini pun, bukan seolah
aku sudah memiliki sifat itu guys. Ku hanya berbagi, berdasar pengalaman ku
seminggu ini haha.
Aku mengalami suatu kejadian, dan
dalam kejadian itu problem solving nya butuh kerja keras, konsistensi, dan
kedewasaan. Why? Ya pokoknya begitulah haha.
Menurut kalian berfikir dewasa
itu apa sih guys? Haruskah menjadi tua baru kita dewasa? Ataukah setiap usia
itu harus berfikir dewasa? Kalau menurutku sih, dewasa itu kewajiban. Tak
peduli usiamu berapa atau kamu siapa. Tapi,
dewasa sesuai porsinya dan sesuai keperuntukkannya.
Adikku masih kecil, namun
kata Ayah dia harus berfikir dewasa. Tapi,
dewasa adekku dan aku tentunya berbeda guys. Adikku sudah dianggap dewasa,
ketika dia manu mengalah memberikan mainannya secara bergantian pada sepupuku
yang leih kecil. Adekku juga sudah dianggap dewasa ketika ia mengakui
kesalahannya. Lantas, apakah adikku selalu dituntut berfikir dewasa? Jawabannya
tidak, adekku ya tetap adek yang tentunya usianya jauh dibawahku. Kata Ayah
membuat kesalahan itu wajar, mengulanginya yang tak wajar. Penyesalan itu boleh
dan harus, tapi berkubang dengan penyelan itu namanya menyia-nyiakan kesempatan.
Dewasa menurutku untukku saat
ini, ketika kita mempunyai masalah dan mencari solusi bukan mencari pembelaan
dengan menyalahkan keadaan. Mungkin, ketika ada
orang yang tak sesuai dengan presepsi kita, maka tunjukkan kebenarannya,
lalu cari solusinya. Karena goal dari setiap permasalahan adalah solusi. Orang punya
presepsi yang berbeda dengan kita, itu wajar karena manusia. Tapi, orang yang
selalu mencari pembelaan itu namanya cari aman dan ngak dewasa!
Selain itu, dewasa menurutku
ketika kita memiliki masalah dan menyelesaikannya dengan seminimal mungkin
melibatkan orang-orang yang tidak berhubungan dengan masalah kita. Why? Apakah masalah
kita tidak membebani orang tersebut, bagaimana kalau masalah dia jauh lebih
berat dibandingkan dengan masalah kita? Atau malah menimbulkan kesalahpahaman
karena dia berbeda posisi dengan kita.
Tapi, bagaimana kalau orang itu
benar-benar peduli dengan kita? Kalau menurutku bolehlah berbagi, tapi jangan
mengantungkan pennyelesaiannya dengan berharap pada orang lain. It’s not sense.
Kita sama-sama punya kesempatan buat menyelesaikan bukan?
Dari suatu masalah pastinya
banyak hal yang kita pelajari. Meski sakit, tapi efeknya jauh lebih besar. Pendewasaan
sangat diperlukan bukan dalam menghadapi masalah. Tapi ingat, ketika orang lain
punya masalah yang sama dengan yang pernah kamu alami, jangan selalu samakan. Kita
bukan dia, begitupun dia bukan kita. Kita dua individu yang berbeda, tentunya
punya akal, hati, dan naluri yang berbeda.
Kutuliskan ini, bukan semata-mata
aku sudah dewasa. Hanya niat berbagi “dewasa” menurut aku.
Happy holiday~~~~
0 comments:
Post a Comment