Selamat hari Kamis. Ada yang berharap
long weekend? AKUUUUUU. Haha. Liburnya nanggung ya guys. Eh, pada kemana nih
hari ini? Jalan-jalan atau me time dirumah? Yah, apapun kegiatan kalian semoga
bermanfaat ya guys.
Kali ini aku ingin membahas
tentang “kupu-kupu”. Bisa nebak kupu-kupu apa yang sedang aku bahas? Haha. Yap,
kupu-kupunya mahasiswa. Ada ngak nih diantara kalian yang menjadi mahasiswa kupu-kupu?
Btw, menurut kalian apasih
mahasiswa kupu-kupu? Mahasiswa yang kuliah pulang kuliah pulang? Ah, itu mah
kepanjangannya aja kali. Dan kalau jawaban kalian kaya gitu, kalian masih
berfikiran sempit. Haha. Sory-sory. Terlalu judge kalau jawabannya itu.
Aku sendiri masih bingung buat
mendefinisikan mahasiswa kupu-kupu. Ya, aku tau label ini disematkan pada
anak-anak yang apatis, yang ngak ikut organisasi, kepanitiaan, atau kegiatan
kampus laiinnya. Ngilangan juga pas ngak ada kuliah dan jarang gabung buat
nongki-nongki. Ada yang sependapat?
Menurut kalian enak ngak sih jadi
mahasiswa kupu-kupu? Menurutku tiap pribadi bebas menentukan jalan terbaik
untuk hidupnnya. Menjadi mahasiswa kupu-kupu juga merupakan salah satu pilihan
dari mahasiswa. Entah itu menjadi pilihan terberat ataupun termudah. Meski begitu
aku paling ngak setuju kalau mahasiswa kupu-kupu di judge apatis. Ada yang
setuju?
Sebelum kia menjudge pernahkah
kita mencari tau latar belakang dari hidupnya? Kenapa kok dia melakukan seperti
itu? Tiap orrang selalu mempunyai alasan kenapa dia melakukan itu. Meskipun hanya
alasan singkat, tapi pasti tetap ada. Ada yang berfikiran menjadi mahasiswa
kupu-kupu itu pilihan yang amat berat, dan itu pilihan terakhir. Alasannya? Ada
dibalik gelar mahasiswa kupu-kupunya dia bekerja. Bekerja untuk kuliahnya dan
masa depannya. Karena apa? Karena dia sudah tidak mau membebani orangtuanya. Bekerja
menjadi guru privat, pelayan ataubahkan gojek. Kalau bisa mungkin dia juga
ingin untuk aktif di organisasi atau kegiatan kampus yang lain. Toh itu juga
haknya bukan.
Ada lagi, dibalik gelar mahasiswa
kupu-kupu dia mahasiswa yang sangat rajin belajar. Dia ngak mau membuanng-buang
waktunya selain untuk belajar. Apa dia salah? Menurutkku tidak, karena itu
pilihannya. Aku yakin dia punya alsan kuat, semisal dengan cara beljar rajin,
dia bisa dapat beasiswa dan membahagiakan orangtuanya. Atau karena dia ngak
ingin mengecewakan orangtuanya, sedang dia kadang kurang bisa menyerap
pelajaran sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dari teman-temannya. It’s
his choice. And it’s his priority. Meskiiii, akademik adalah orientasi setiap
mahasiswa entah menjadi mahasiswa kupu-kupu ataupun mahasiswa organisasi.
Ada juga, dibalik gelar
kupu-kupunya dia adalah anak organisasi yang aktif. Sudah aktif kegiatan
organisasi dari zaman SD hingga SMA menjadikan orientasi nya berbeda. Bukan organisasi
lagi, tapi ingin lebih hidupnya bermakna bagi masyarakat. Ada loh yang seperti
ini. Di luar ia begitu tanggap dengan fenomena dan bencana, turun tangan
langsung. Dan biasanya dia juga bekerja, namun uang hasil keringatnya ia
gunakan langsung untuk membantu anak jalanan mungkin. Atau dia menjadi pengajar
di kolong jembatan d l l.
Menurutku mengutamakan organisasi
diatas akademik adalah tindakan yang agak salah. Kenapa? Organisasi selalu
didahului dengan akademik. Tak ada organisasi tanpa ada akademik. Tak ada
himpunan tanpa ada jurusan. Takk ada Badan Eksekutif Mahasiswa tanpa adanya Kampus.
Jadi, menjadi anak organisasi boleh-boleh saja, atau boleh banget malah. Namun,
jangan lupa status kamu sebagai mahasiswa. Kamu disekolahin dan dibantu oleh
negara buat belajar sebagai tujuan utama kamu. Meski, dari organisasi juga
banyak hal yang dipelajari. Menjadi mahasiswa kupu-kupu merupakan pilihan,
pilihan tiap-tiap mahasiswa. Tergantung prioritas dari tiap-tiap individu. Kita
tak bisa memaksa seseorang buat aktif diorganisasi, itu hak mereka. Namun,
sebagai mahasiswa jangan terlalu anti sosial dengan kegiatan kampus. Kita hidup
dalam lingkup sosial, yang suatu hari pastinya kita butuh teman-teman kita. Hargai
usaha teman kamu yang sudah berorganisasi, semisal dengan datang atau memberi apresiasi
meski sedikit. Aku yakin, dengan begitu kita akan saling menghargai dan
menghormati. Tak ada judge dan saling menghakimi. Tak ada yang merasa paling
berjuang. Menurutku, apatis boleh menyusahkan jangan.
Kalau ada salah dari penndapatku
mohon maaf ya guuys. Have a nice day J
0 comments:
Post a Comment