Thursday, 10 May 2018

Mahasiswa Kupu-Kupu? Apaansih!


Selamat hari Kamis. Ada yang berharap long weekend? AKUUUUUU. Haha. Liburnya nanggung ya guys. Eh, pada kemana nih hari ini? Jalan-jalan atau me time dirumah? Yah, apapun kegiatan kalian semoga bermanfaat ya guys.
Kali ini aku ingin membahas tentang “kupu-kupu”. Bisa nebak kupu-kupu apa yang sedang aku bahas? Haha. Yap, kupu-kupunya mahasiswa. Ada ngak nih diantara kalian yang menjadi mahasiswa kupu-kupu?
Btw, menurut kalian apasih mahasiswa kupu-kupu? Mahasiswa yang kuliah pulang kuliah pulang? Ah, itu mah kepanjangannya aja kali. Dan kalau jawaban kalian kaya gitu, kalian masih berfikiran sempit. Haha. Sory-sory. Terlalu judge kalau jawabannya itu.
Aku sendiri masih bingung buat mendefinisikan mahasiswa kupu-kupu. Ya, aku tau label ini disematkan pada anak-anak yang apatis, yang ngak ikut organisasi, kepanitiaan, atau kegiatan kampus laiinnya. Ngilangan juga pas ngak ada kuliah dan jarang gabung buat nongki-nongki. Ada yang sependapat?
Menurut kalian enak ngak sih jadi mahasiswa kupu-kupu? Menurutku tiap pribadi bebas menentukan jalan terbaik untuk hidupnnya. Menjadi mahasiswa kupu-kupu juga merupakan salah satu pilihan dari mahasiswa. Entah itu menjadi pilihan terberat ataupun termudah. Meski begitu aku paling ngak setuju kalau mahasiswa kupu-kupu di judge apatis. Ada yang setuju?
Sebelum kia menjudge pernahkah kita mencari tau latar belakang dari hidupnya? Kenapa kok dia melakukan seperti itu? Tiap orrang selalu mempunyai alasan kenapa dia melakukan itu. Meskipun hanya alasan singkat, tapi pasti tetap ada. Ada yang berfikiran menjadi mahasiswa kupu-kupu itu pilihan yang amat berat, dan itu pilihan terakhir. Alasannya? Ada dibalik gelar mahasiswa kupu-kupunya dia bekerja. Bekerja untuk kuliahnya dan masa depannya. Karena apa? Karena dia sudah tidak mau membebani orangtuanya. Bekerja menjadi guru privat, pelayan ataubahkan gojek. Kalau bisa mungkin dia juga ingin untuk aktif di organisasi atau kegiatan kampus yang lain. Toh itu juga haknya bukan.
Ada lagi, dibalik gelar mahasiswa kupu-kupu dia mahasiswa yang sangat rajin belajar. Dia ngak mau membuanng-buang waktunya selain untuk belajar. Apa dia salah? Menurutkku tidak, karena itu pilihannya. Aku yakin dia punya alsan kuat, semisal dengan cara beljar rajin, dia bisa dapat beasiswa dan membahagiakan orangtuanya. Atau karena dia ngak ingin mengecewakan orangtuanya, sedang dia kadang kurang bisa menyerap pelajaran sehingga membutuhkan waktu yang lebih banyak dari teman-temannya. It’s his choice. And it’s his priority. Meskiiii, akademik adalah orientasi setiap mahasiswa entah menjadi mahasiswa kupu-kupu ataupun mahasiswa organisasi.
Ada juga, dibalik gelar kupu-kupunya dia adalah anak organisasi yang aktif. Sudah aktif kegiatan organisasi dari zaman SD hingga SMA menjadikan orientasi nya berbeda. Bukan organisasi lagi, tapi ingin lebih hidupnya bermakna bagi masyarakat. Ada loh yang seperti ini. Di luar ia begitu tanggap dengan fenomena dan bencana, turun tangan langsung. Dan biasanya dia juga bekerja, namun uang hasil keringatnya ia gunakan langsung untuk membantu anak jalanan mungkin. Atau dia menjadi pengajar di kolong jembatan d l l.
Menurutku mengutamakan organisasi diatas akademik adalah tindakan yang agak salah. Kenapa? Organisasi selalu didahului dengan akademik. Tak ada organisasi tanpa ada akademik. Tak ada himpunan tanpa ada jurusan. Takk ada Badan Eksekutif Mahasiswa tanpa adanya Kampus. Jadi, menjadi anak organisasi boleh-boleh saja, atau boleh banget malah. Namun, jangan lupa status kamu sebagai mahasiswa. Kamu disekolahin dan dibantu oleh negara buat belajar sebagai tujuan utama kamu. Meski, dari organisasi juga banyak hal yang dipelajari. Menjadi mahasiswa kupu-kupu merupakan pilihan, pilihan tiap-tiap mahasiswa. Tergantung prioritas dari tiap-tiap individu. Kita tak bisa memaksa seseorang buat aktif diorganisasi, itu hak mereka. Namun, sebagai mahasiswa jangan terlalu anti sosial dengan kegiatan kampus. Kita hidup dalam lingkup sosial, yang suatu hari pastinya kita butuh teman-teman kita. Hargai usaha teman kamu yang sudah berorganisasi, semisal dengan datang atau memberi apresiasi meski sedikit. Aku yakin, dengan begitu kita akan saling menghargai dan menghormati. Tak ada judge dan saling menghakimi. Tak ada yang merasa paling berjuang. Menurutku, apatis boleh menyusahkan jangan.
Kalau ada salah dari penndapatku mohon maaf ya guuys. Have a nice day J

0 comments:

Post a Comment